Sony Corp menyatakan kembali ke bisnis smartphone, Minggu, meluncurkan smartphone pertama dengan merek Sony, tetapi memperingatkan transisi menyakitkan kelompok tidak akan secepat rebranding.
Kazuo Hirai adalah karena secara resmi mengambil alih sebagai CEO Sony pada tanggal 1 April, menggantikan Howard Stringer. Hirai mengatakan bahwa sementara beberapa perubahan manajemen telah diidentifikasi masih ada jalan panjang untuk "menjelaskan kepada semua orang yang melakukan apa."
"Orang-orang memiliki harapan tinggi bahwa kita akan memiliki semua jawaban untuk semua masalah yang mengganggu dunia pada tanggal 1 April," kata Hirai dalam sebuah wawancara di Barcelona Mobile World Congress. "Kami tidak akan memilikinya."
Sekali-bintang konsumen merek elektronik sedang menuju untuk apa ia memperingatkan akan menjadi jauh lebih besar dari yang diperkirakan USD 2,9 miliar kerugian tahunan, keempat berturut-turut.
Gelombang tinta merah telah menempatkan Hirai di bawah tekanan kuat dari investor dan lembaga peringkat kerugian cepat setia pada kelompok elektronik luas.
Hirai berada di Barcelona Mobile World Congress untuk mengungkap dua baru Android smartphone, Xperia P dan Xperia U, membawa merek Sony.
Sony menyelesaikan pembelian saham Ericsson 50% dalam usaha patungan Sony Ericsson pada tanggal 16 Februari kesepakatan awalnya diumumkan Oktober lalu.
Sony baru namanya Mobile Communications dipimpin oleh Bert Nordberg, chief executive Sony Ericsson dari 2009.
Sementara kedua Hirai dan Nordberg menekankan bahwa pesan mereka ke Barcelona adalah bahwa Sony sudah kembali dalam bisnis telepon, Hirai mengatakan bahwa Sony Mobile Communications akan diintegrasikan dalam Sony secara keseluruhan.
"Sony Mobile Communications perlu bekerja berbaris dengan sisa Sony Corp Ini mungkin sebuah entitas perusahaan yang terpisah tetapi cara di mana kita beroperasi dan bekerja sama harus transparan dan mulus seolah-olah satu organisasi," katanya.
Dia menunjuk ke Sony Computer Entertainment Inc, perusahaan yang bertanggung jawab untuk PlayStation dan produk game lainnya, yang masih merupakan entitas yang terpisah namun terintegrasi ketika harus membahas produk dan menyatukan pengalaman pengguna.
"Itu cara saya membayangkan Sony Mobile Communications bekerja juga," kata Hirai.
Dia mengatakan pekerjaan sudah mulai untuk membuat itu terjadi, tapi tidak memberikan spesifik.
Hirai mengatakan bahwa dia telah mengidentifikasikan empat pilar bahwa Sony akan fokus pada, terdiri dari bisnis inti dari digital imaging dan game; menggabungkan perangkat mobile dengan teknologi Sony lainnya, konten dan layanan; memutar bisnis TV berjuang sekitar, dan mengidentifikasi pasar baru seperti medis bisnis.
Kedua Hirai dan Nordberg setuju Sony Ericsson telah sembelih dengan memiliki dua mitra yang setara, yang memperlambat pengambilan keputusan dan mendapatkan produk ke pasar.
"50:50 adalah masalah ... saya tidak akan mengambil pekerjaan 50:50 lagi," kata Nordberg Reuters.
Prioritas sekarang, Hirai mengatakan, adalah untuk memiliki portofolio produk dan bekerja sama dengan operator untuk memastikan mereka "masuk ke tangan pengguna secepat mungkin."
"Ini industri yang sangat signifikan dan bergerak sangat cepat," ujar Nordberg. "Setiap minggu adalah era baru dalam industri ini dan setiap pesaing mengumumkan sesuatu.
Kesehatan Reproduksi Orang Muda Diabaikan
Populasi dunia telah mencapai tujuh miliar jiwa, dan jarak tiap kenaikan satu miliar melesat lebih dari 10 kali sejak jarak kenaikan miliar pertama ke miliar kedua (1804-1927). Namun, hak-hak dan kesehatan reproduksi dan seksual atau RSHR masih terus dipinggirkan.
Peningkatan menjadi dua miliar dari satu miliar penduduk dunia tahun 1804 butuh 123 tahun pada tahun 1927. Akan tetapi, hanya butuh 12 tahun dari enam miliar menuju tujuh miliar, pada 31 Oktober 2011.
Masalah kependudukan tak bisa dipisahkan dari RSHR. Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo, Mesir, tahun 1994 secara eksplisit mengaitkan kesehatan reproduksi dan seksual dengan hak asasi manusia.
Persoalannya, kata ’reproduksi’ dan ’seksual’, ditambah ’hak’, dan dikaitkan dengan orang muda, mengandung konotasi negatif. Benturan antara moral (agama) dan realitas sosial membuat RSHR menjadi wilayah kontestasi paling serius.
Dalam konteks itu, Konferensi Asia-Pasifik ke-6 mengenai Hak-hak dan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (APC RSHR ke-6) di Yogyakarta, 19-22 Oktober 2011, menjadi penting. Apalagi dalam Laporan Tahunan Yayasan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Aktivitas Populasi (UNFPA) 2011, The State of World Population: People and Possibilities, terlihat kecenderungan penuh paradoks.
Penduduk dunia akan terus bertambah meski angka pertumbuhan penduduk ditekan. Penduduk dengan usia di bawah 25 tahun jumlahnya mencapai 43 persen dari populasi, bahkan di beberapa negara mencapai 60 persen.
Terus diabaikan
Menurut Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief, upaya memecahkan masalah terkait kesehatan reproduksi dan seksual, disertai promosi keadilan jender dengan prinsip non-diskriminasi, kesetaraan dan kewajiban negara adalah komponen penting dalam upaya penghapusan kemiskinan.
Namun, seperti dikemukakan Ketua Panitia APC RSHR, Dr Muhajir Darwin, Negara tak banyak berbuat untuk memecahkan masalah terkait kesehatan reproduksi orang muda. Kalau- pun ada, tindakan itu tidak melindungi hak-hak dan martabat korban. ”Cara pemerintah menanggapi persoalan terkait masalah seksual lebih berbasis pada ’salah dan malu’,” tegasnya.
Tak mengherankan kalau pemerintah gagal melindungi warganya dari infeksi seksual menular, termasuk HIV/AIDS, dan gagal melindungi perempuan dari kematian karena praktik aborsi tak aman.
Menurut Direktur Eksekutif UNFPA (1987-2000) Dr Nafis Sadik, Asia merupakan rumah bagi separuh orang muda berusia 15-24 tahun. ”Kemampuan mereka membuat keputusan secara bebas dalam menentukan besarnya keluarga akan menentukan masa depan kawasan ini.”
Ironisnya, banyak pemerintah mengabaikan kelompok besar orang muda. ”Pertumbuhan ekonomi mengubah banyak hal, tetapi dalam soal hak dan kesehatan reproduksi dan seksual, orang muda tidak dapat informasi dan pelayanan memadai. Pihak paling menderita adalah anak perempuan dan perempuan muda, tetapi berdampak pada seluruh perkembangan di kawasan ini.”
Di banyak negara, separuh perempuan muda menikah sebelum usia 18 tahun. Implikasinya serius, tegas Dr Sadik. Risiko kematian saat melahirkan tinggi. Ketergantungan pada suami dan komunitas juga tinggi.
Saira Shameen dari Asian Pacific Resource and Research Centre for Women mengingatkan, isu pengendalian kesuburan berkaitan dengan kekuasaan perempuan mengambil keputusan atas tubuhnya, maka perkawinan usia remaja, apalagi di bawah kuasa dogma, menghapus kebebasan perempuan. Ia juga menghadapi risiko kekerasan dan infeksi seksual menular.
”Berbagai survei menunjukkan, 90 persen infeksi HIV terjadi pada ibu rumah tangga yang hanya berhubungan seks dengan suaminya,” lanjut Dr Sadik.
Terus terabaikan
Menurut Dr Sri Kusyuniati, Kepala Perwakilan Rutgers WPF di Indonesia, lembaga internasional untuk isu RSHR, ”Tiga kali sensus penduduk mengindikasikan kemunduran. Rata-rata usia perkawinan semakin muda, 20 tahun, 18 tahun, dan rata-rata 15 tahun dalam Sensus Penduduk 2010. Di Belanda hasilnya terbalik. Pendidikan komprehensif soal seksualitas membuat orang muda tahu risiko dan tanggung jawab.”
Jumlah penduduk berusia 10-24 tahun di Indonesia, kata Kepala Perwakilan UNFPA di Jakarta, Jose Feraris, mencapai 64 juta, atau 27 persen dari populasi, tetapi kecil aksesnya pada informasi, pendidikan, pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari mengingatkan maraknya kasus trafficking, korbannya para gadis dan perempuan muda.
Forum orang muda dalam APC RSHR mengungkapkan, angka kelahiran di kalangan remaja mencapai 53,7 di Asia Selatan (53,7 kelahiran dari 1.000 perempuan berusia 15-19 tahun) dan 40,4 di Asia Tenggara.
International Herald Tribune (9/12/2010) melaporkan ratusan bayi yang ditinggalkan di tempat-tempat umum di Malaysia, empat tahun terakhir. Sebagian besar bayi itu diduga dilahirkan oleh remaja.
Fransicso Dela Tonga dari Filipina mengungkapkan,Gereja Katolik Filipina, melalui wakilnya di parlemen, terus menolak Rancangan Undang-undang Kesehatan Reproduksi yang mempromosikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual dalam sistem pendidikan.
”Pengabaian ini harus diakhiri,” tegas Ketua Jaringan Orang Muda Federasi Keluarga Berencana Internasional Kawasan Asia Selatan, Sfefa Ahmed. Ia menyerukan pendidikan seksualitas yang komprehensif bagi anak muda, pelayanan kesehatan yang ramah, dan pengakuan pada keberagaman pada anak muda, termasuk keberagaman orientasi seksual.
Peningkatan menjadi dua miliar dari satu miliar penduduk dunia tahun 1804 butuh 123 tahun pada tahun 1927. Akan tetapi, hanya butuh 12 tahun dari enam miliar menuju tujuh miliar, pada 31 Oktober 2011.
Masalah kependudukan tak bisa dipisahkan dari RSHR. Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo, Mesir, tahun 1994 secara eksplisit mengaitkan kesehatan reproduksi dan seksual dengan hak asasi manusia.
Persoalannya, kata ’reproduksi’ dan ’seksual’, ditambah ’hak’, dan dikaitkan dengan orang muda, mengandung konotasi negatif. Benturan antara moral (agama) dan realitas sosial membuat RSHR menjadi wilayah kontestasi paling serius.
Dalam konteks itu, Konferensi Asia-Pasifik ke-6 mengenai Hak-hak dan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (APC RSHR ke-6) di Yogyakarta, 19-22 Oktober 2011, menjadi penting. Apalagi dalam Laporan Tahunan Yayasan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Aktivitas Populasi (UNFPA) 2011, The State of World Population: People and Possibilities, terlihat kecenderungan penuh paradoks.
Penduduk dunia akan terus bertambah meski angka pertumbuhan penduduk ditekan. Penduduk dengan usia di bawah 25 tahun jumlahnya mencapai 43 persen dari populasi, bahkan di beberapa negara mencapai 60 persen.
Terus diabaikan
Menurut Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief, upaya memecahkan masalah terkait kesehatan reproduksi dan seksual, disertai promosi keadilan jender dengan prinsip non-diskriminasi, kesetaraan dan kewajiban negara adalah komponen penting dalam upaya penghapusan kemiskinan.
Namun, seperti dikemukakan Ketua Panitia APC RSHR, Dr Muhajir Darwin, Negara tak banyak berbuat untuk memecahkan masalah terkait kesehatan reproduksi orang muda. Kalau- pun ada, tindakan itu tidak melindungi hak-hak dan martabat korban. ”Cara pemerintah menanggapi persoalan terkait masalah seksual lebih berbasis pada ’salah dan malu’,” tegasnya.
Tak mengherankan kalau pemerintah gagal melindungi warganya dari infeksi seksual menular, termasuk HIV/AIDS, dan gagal melindungi perempuan dari kematian karena praktik aborsi tak aman.
Menurut Direktur Eksekutif UNFPA (1987-2000) Dr Nafis Sadik, Asia merupakan rumah bagi separuh orang muda berusia 15-24 tahun. ”Kemampuan mereka membuat keputusan secara bebas dalam menentukan besarnya keluarga akan menentukan masa depan kawasan ini.”
Ironisnya, banyak pemerintah mengabaikan kelompok besar orang muda. ”Pertumbuhan ekonomi mengubah banyak hal, tetapi dalam soal hak dan kesehatan reproduksi dan seksual, orang muda tidak dapat informasi dan pelayanan memadai. Pihak paling menderita adalah anak perempuan dan perempuan muda, tetapi berdampak pada seluruh perkembangan di kawasan ini.”
Di banyak negara, separuh perempuan muda menikah sebelum usia 18 tahun. Implikasinya serius, tegas Dr Sadik. Risiko kematian saat melahirkan tinggi. Ketergantungan pada suami dan komunitas juga tinggi.
Saira Shameen dari Asian Pacific Resource and Research Centre for Women mengingatkan, isu pengendalian kesuburan berkaitan dengan kekuasaan perempuan mengambil keputusan atas tubuhnya, maka perkawinan usia remaja, apalagi di bawah kuasa dogma, menghapus kebebasan perempuan. Ia juga menghadapi risiko kekerasan dan infeksi seksual menular.
”Berbagai survei menunjukkan, 90 persen infeksi HIV terjadi pada ibu rumah tangga yang hanya berhubungan seks dengan suaminya,” lanjut Dr Sadik.
Terus terabaikan
Menurut Dr Sri Kusyuniati, Kepala Perwakilan Rutgers WPF di Indonesia, lembaga internasional untuk isu RSHR, ”Tiga kali sensus penduduk mengindikasikan kemunduran. Rata-rata usia perkawinan semakin muda, 20 tahun, 18 tahun, dan rata-rata 15 tahun dalam Sensus Penduduk 2010. Di Belanda hasilnya terbalik. Pendidikan komprehensif soal seksualitas membuat orang muda tahu risiko dan tanggung jawab.”
Jumlah penduduk berusia 10-24 tahun di Indonesia, kata Kepala Perwakilan UNFPA di Jakarta, Jose Feraris, mencapai 64 juta, atau 27 persen dari populasi, tetapi kecil aksesnya pada informasi, pendidikan, pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari mengingatkan maraknya kasus trafficking, korbannya para gadis dan perempuan muda.
Forum orang muda dalam APC RSHR mengungkapkan, angka kelahiran di kalangan remaja mencapai 53,7 di Asia Selatan (53,7 kelahiran dari 1.000 perempuan berusia 15-19 tahun) dan 40,4 di Asia Tenggara.
International Herald Tribune (9/12/2010) melaporkan ratusan bayi yang ditinggalkan di tempat-tempat umum di Malaysia, empat tahun terakhir. Sebagian besar bayi itu diduga dilahirkan oleh remaja.
Fransicso Dela Tonga dari Filipina mengungkapkan,Gereja Katolik Filipina, melalui wakilnya di parlemen, terus menolak Rancangan Undang-undang Kesehatan Reproduksi yang mempromosikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual dalam sistem pendidikan.
”Pengabaian ini harus diakhiri,” tegas Ketua Jaringan Orang Muda Federasi Keluarga Berencana Internasional Kawasan Asia Selatan, Sfefa Ahmed. Ia menyerukan pendidikan seksualitas yang komprehensif bagi anak muda, pelayanan kesehatan yang ramah, dan pengakuan pada keberagaman pada anak muda, termasuk keberagaman orientasi seksual.
Wisata Bromo Kembali Bergairah
REPUBLIKA.CO.ID,LUMAJANG--Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo yang beberapa saat lalu mengalami penurunan, kini mulai meningkat, kata Ketua BPC PHRI Kabupaten Probolinggo, Digdoyo saat pembukaan kembali obyek wisata Gunung Bromo di Cemorolawang, Ngadisari, Probolinggo, Rabu.
Digdoyo menyebutkan, jumlah pengunjung Gunung Bromo yang menaguinap antara Oktober 2010 hingga Februari 2011 saat gunung tersebut mengalami puncak erupsi turun hingga mencapai sekitar 50 persen.
Namun, lanjut Digdoyo, memasuki bulan Maret ini jumlah pengunjung Gunung Bromo telah kembali meningkat lagi sekitar 30 persen.
Menurut Digdoyo selama ini secara rutin jumlah pengunjung normal Gunung Bromo berkisar sekitar 70 persen dari jumlah penghuni hotel yang ada di Bromo.
Disebutkan, jumlah hotel di Bromo sebanyak 12 buah denagan jumlahkamar sebanyak 310 buah.
Digdoyo optiomis dengan pembukaan kembali obyek wisata Gunung Bromo tersebut akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo.
Digdoyo juga mengungkapkan, seluruh hotel yang ada di Gunung Bromo kini juga telah siap menerima tamu. Digdoyo juga menyebutkan, untuk mendukung Visit East Java 2011, pada 9 juli mendatang akan digelar kembali Jazz Gunung untuk ketiga kalinya. Namun untuk yang terakhir ini skalanya telah menimgkat menjadi tingkat internasional.
Ia menyebutkan, Jazz Gunung rencananya akan duikunjungi sekitar 1.000 undangan.
Digdoyo menyebutkan, jumlah pengunjung Gunung Bromo yang menaguinap antara Oktober 2010 hingga Februari 2011 saat gunung tersebut mengalami puncak erupsi turun hingga mencapai sekitar 50 persen.
Namun, lanjut Digdoyo, memasuki bulan Maret ini jumlah pengunjung Gunung Bromo telah kembali meningkat lagi sekitar 30 persen.
Menurut Digdoyo selama ini secara rutin jumlah pengunjung normal Gunung Bromo berkisar sekitar 70 persen dari jumlah penghuni hotel yang ada di Bromo.
Disebutkan, jumlah hotel di Bromo sebanyak 12 buah denagan jumlahkamar sebanyak 310 buah.
Digdoyo optiomis dengan pembukaan kembali obyek wisata Gunung Bromo tersebut akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo.
Digdoyo juga mengungkapkan, seluruh hotel yang ada di Gunung Bromo kini juga telah siap menerima tamu. Digdoyo juga menyebutkan, untuk mendukung Visit East Java 2011, pada 9 juli mendatang akan digelar kembali Jazz Gunung untuk ketiga kalinya. Namun untuk yang terakhir ini skalanya telah menimgkat menjadi tingkat internasional.
Ia menyebutkan, Jazz Gunung rencananya akan duikunjungi sekitar 1.000 undangan.
MENGENANG MASA KECIL KOES BERSAUDARA
Saya Koesdjono alias John Koeswoyo , merasa mampu berbuat sesuatu untuk masyarakat . Orang boleh tidak percaya , tapi saya pribadipun mengalami hal yang menyebalkan sepanjang pengalaman hidup saya mulai sejak umur Tiga Tahun . Siapa manusia yang tak pernah merasa sebal dengan dirinya sendiri ? Hidup tak selalu indah , bukan ? Atau hidup ini teramat Indah di mana letak keindahan hidup itu ? Di Telaga Sunyi Di Pagi Yang Indah Sekali ?
Seni musik Indonesia dewasa ini sedangkuat berkembang . Terutama di bidang Lagu-lagu hiburan yang pop . Semua adikku yang Laki-laki : Ton , Nomo , Yon Dan Yok , Sedang “Kiprah” , berkecimpung dalam dunianya: Dunia musik yang gemerlapan , penuh pujian dan seakan tak pernah bebas dari kegembiraan hati . Bernyanyi , bernyanyi , Mereka bernyanyi setiap saat: Di radio , Di televisi , Di panggung delapan penjuru Kota Negri ini , Sampai Ke Timor Portugis . Bernyanyi untuk masyarakat dan untuk diri mereka sendiri . Dan , Anda ingin tahu perjalanan nasib Tokoh Tokoh musik pop Indonesia Itu ? Marilah saya ceritakan . secara sederhana , Gamblang dan apa adanya . Untuk saya pribadi , Menceritakan Kisah Koeswoyo Bersaudara tak berarti apa-apa , Selain bahwa saya ingin berbuat suatu itu , Sesuatu yang selalu menyentak kalbu saya . Tahukah? Saya ingin pula menjunjung nama Koeswoyo namun saya tak ingin berlindung di bawah payung populatiras adik-adik saya yang hebat itu. Saya , John Koeswoyo, Ingin menjadi seorang Koeswoyo yang mandiri, Yang pada saat orang menyebut nama saya tidak lagi di embeli-embeli Kalimat: “Ooh, Itu John , Kakak Tony , Nomo , Yon Dan Yok Yang Terkenal: !”. Saya ingin orang menyebut saya: “Oh, itu Jhon Koeswoyo”. Ketika Teguh Esa selalu mendesak agar saya segera mulai mengusir rasa malas , Maka saya tahu bahwa saya harus mulai. Atau saya akan hilang di makan angin , Seperti kata teguh Esa Yng Energik itu .
Band Koes Bersaudara yang asli terdiri dari 5 (Lima) orang anak lelaki Pak Koeswoyo Mereka Adalah Jhon Pada Bass Gitar , Ton pada melodi gitar , Nomo pada drums , Yon dan Yok berduet menyanyi sambil main gitar pengiring .
Sejak Tahun 1964 saya meninggalkan band Koes Bersaudara, Pulang ke Tuban, bertualang sebagai Nelayan di Kampung Halaman . Lalu kembali ke Jakarta, Jadi mandor bangunan, Juru tulis pada sebuah perusahaan Negri, Lalu macam-macam, Akhirnya semi-pengangguran alias tak punya pekerjaan tetap yang Terhormat. Saya telah lelah bertualang , Terlalu lelah bekerja dibawah Komando orang lain. Saya ingin, ingin selalu berdikari, Dengan harta cukup untuk biaya keluarga sehari-hari, terutama untuk biaya sekolah anak-anak yang saya cintai. Betapapun manisnya, betapapun enaknya, Tak pernah puas menjadi semacam parasit bagi orang lain, Walaupun saudara kandung sendiri. Ton, Nomo, Yon dan Yok sangat banyak dan sering Men-drop uang dan materi untuk saya dan keluarga, Sumbangan yang tulus itu sampai kapanpun akan saya paku di dalam hati saya, Dan saya yakin bahwa paku itu tak akan pernah berkarat. Terimakasih saya pada adik-adik itu tak dapat saya ungkapkan seluruhnya dengan kata-kata. Saya terharu, saya menangis keanehan diri saya. Tapi baiklah. Tangisan yang berlarut-larut akan semakin membuat saya gila. Saya harus selalu berbuat sesuatu yang bermanfaat. Jika dimusik saya kepentok oleh tembok tembok reputasi adaik-adikku itu, di bidang lain saya harus bangkit. Bukan sembarang bidang, tapi saya tetap ingin dalam lingkungan seni, seni sastra. All the beginnings are difficult, Mas Jhon , tapi kamu harus, harus, harus! Atau kamu akan hilang sia-sia dimakan umur, ditiup angin kehidupan yang tak pernah kompromi dengan ratap-tangis, demikian cambukan kata Teguh Esha yang mendera saya setiap saat. Oh, anak muda itu, kata katanya keras dan “kejam” , tapi itikadnya mulia. Dia tahu penderitaan kalbu saya, dia tahu peta kehidupan keluarga kami, dan dia menjadi penyangga mental saya yang nyaris ambruk. Sebagai sahabat dialah yang sejati bagi keluarga kami. Diluar pekarangan dia memuji tapi ketika berkumpul dia memberondongkan perkataan “sadis” dan “kejam” untuk perbaikan prestasi kamu bersaudara. Ketika Yon tak mendengarkan “nasehatnya”, dia sikat melalui tulisannya yang menghancurkan di Sonata. Sempat Yon marah-marah padanya, tapi akhirnya semuah mengerti kediriannya yang mantap di dalam tubuhnya yang mungil itu. Waduh, saya minta maaf jika saya kehilangan sistimatika dalam mengarang riwayat hidup Koes Bersaudara ini. Harap di maklumi karena saya belom pernah mengarang sepanjang ini. Saya cuma menuruti nasehat Teguh untuk menuliskan apa saja yang ada di dalam hati. Dia memang memberi resep dasar karang mengarang yang agak aneh : “Gebrak dahulu, urusan belakangan”.
Koes Bersaudara mula mula berkurang dengan satu anggota, tapi masih tetap dengan nama aslinya. Menurut hemat saya seharusnya nama itu sudah berubah menjadi “KOES PLUS”. Nomo copot dan Murry masuk (plus). Kemudian Nomo bikin group band NO KOES bersama : Usman , Sofiyan , Said , Pompi dan Bambang Sampurno Karsono .
Kedua gerombolan musik pop itu, Koes Plus kedalam pimpinan Tonny Koeswoyo dan No Koes dibawah Nomo Koeswoyo mengarungi angkasa hiburan seperti satelit-satelit dilangit. Sedang saya seperti meluncur kesepian seorang diri di angkasa lain yang dingin dan kelam. Dengan perasaan demikian itu saya ingin kembali memasuki lapisan “atmosfeer” kami sendiri. Sekedar menjadi sebuah cirit bintang, jika tak berhasil menjadi meteor besar Koeswoyo yang menyala-nyala.
Koeswoyo. Nama itu berasal dari Tuban , Jawa Timur. Tuban merupan kota pelabuhan penting di jaman dulu , di kala Islam mulai mengembangi pulau Jawa. Banyak kiayi Arif lagi bijaksana di Tuban tempo doeloe.
Tahun 1952, kami hijrah dari Tuban ke Jakarta. Kami tinggal di jalan Mendawai II No.14 Blok C, Kebayoran Baru. Jalan yang bersejarah , tempat lahir Koes Bersaudara Pelukis komik yang kini terkenal sebagai Jan Mintaraga juga bertempat tinggal di jalan itu dirumah Nomer 8 saya pikir, jalan kecil bukan jalan raya besar , sesuai namanya jalan Mendawei III (tiga) ternyata mampu melahirkan seniman pop kelas I (satu) di dunia masing-masing. Koes Bersaudara di musik pop. Jan Mintaraga di komik pop. Jalan yang bersejarah menyimpan banyak kedukaan dan kegembiraan hidup kami.
Tahun 1967 kami pindah ke jalan Mendawai III ke jalan Sungai pawan ... juga di lingkungan Blok C , Kebayoran Baru. Tapi sejak 1970 kami pindah ke jalan Haji Nawi, Kompleks Koes Bersaudara, sampai sekarang. Semua anggota Koes Bersaudara tinggal di kompleks itu , lengkap dengan istri dan anak masing-masing. Sayang Ibunya sudah meninggal di ujung tahun1969. Dan Sonya Tulaar, istri Yok juga meninggalkan kami untuk selama-lamanya, di ujung tahun 1973. Mudah-mudahan arwah Ibu dan Sonya ipar kami yang tercinta itu mendapat tempat yang lapang di alam baka. Amien, Ya Rabbial amin .
Untuk pendahuluan ini ada baiknya saya perkenalkan nama dan urutan Koes Bersaudara yang 9 (Sembilan) orang jumlahnya.
No.1. Tituk (perempuan), meninggal waktu bayi.
No.2. John (penulis)
No.3. Dien (perempuan), modiste “Suzana” di Jalan Raya Kebayoran Baru.
No.4. Ton alias Tonny Koeswoyo, pemimpin Koes Plus.
No.5. Nom Alias Nomo Koeswoyo, pemimpin No Koes dan manager pabrik.
No.6. Yon, anggota Koes Plus, vokalis utama band itu.
No.7. Yok, idem dito dengan piringan2 emas dan piala2nya.
No.8. Miyi (perempuan), ibu rumah tangga yang baik dan pemain piano amatir.
No.9. Ninuk (perempuan), masih sendirian, baru saja datang dari pengembaraan di Australia. Pemain gitar dan organ yang lumayan.
Itulah kami bersaudara. Sengaja belum saya sebutkan perihal keluarga masing-masing, karena ada riwayat tersendiri bagi ipar-ipar saya dan keponakan yang jumlahnya cukup banyak itu.
Sembilan anak Koeswoyo dilahirkan di Tuban, di rumah yang sama, dengan pertolongan ibu bidan yang sama pula. Rumah itu terletak di Soekohardjo Straat No. 44, Tuban. Bidan penolong kami itu bernama Ibu Suncani. Beliau ramah, memiliki suara lembut dan enak di dengarkan. Tapi Ibu bidan yang baik itu telah meninggal dunia kini. Kepadanya, almarhum Ibu Suncani, yang telah menolong kami satu persatu bermunculan di muka bumi, tak lupa kami panjatkan doa ke hadlirat Allah Subhanahu Wa Taala, dengan keyakinan arwah Ibu bidan Suncani memperoleh tempat yang layak di sisinya.
Untuk Ibu Koeswoyo, Ibu kandung Koes Bersaudara, tak ada kata-kata yang saya rasa cukup untuk menyatakan hormat dan terima kasih sayang seboru langit sedalam lautan pada kami semua, anak-anaknya yang nakal dan Pak Koeswoyo, suaminya yang Ibu cintai. Membuat senang hati beliau dengan cara duniawi sudah tak mungkin lagi bagi kami. Hanya doa yang dapat kami kirimkan kepada Ibu setiap hari Kami yakin Tuhan Allah SWT mendengar doa kami itu.
Sepeninggal Ibu, ayah membangun sebuak komplex tempat tinggal untuk kami semua. Di sanalah Ayah tinggal, seorang diri di sebuah rumah di bagian pojok komplex Koes Bersaudara. Ukuran rumah Ayah saya kecil, 5 meter kali 9 meter. Di depan rumah di Tanami sepohon belimbing, pohon yang kata Ayah merupakan simbol pribadi orang Jawa.
Sebuah gitar tua menemaninya. Di rumah kecil itu, di saat malam mengawini sepi, ayah menyentik senar gitar, menciptakan lagu-lagu indah dan komersil untuk Koes Plus maupun No Koes. Keroncong Pertemuan, Layang-layang, Mari Mari Oe berterus terang, Muda-Mudi, dan banyak lagi ciptaan ayah menjadi top hits di masyarakat. Tapi hingga kini belom sekalipun Ayah pernah menerima pala seperti Yok. Mudah-mudahan lain kali dapat.
Suasana yang mengiringi peristiwa menjelang kelahiran adik-adikku semua, terasa sangat indah. Sedari Ibu perutnya besar dan sore hari Ibu berjalan jalan di perkarangan itu, bau wangi yang menyegarkan dari rumpun melati yang ditanam berbaris di kiri kanan jalan ke luar dari pendopo sampai ke pintu gerbang. Pohon pohon kepel yang berbentuk kerucut, tegak rapi seperti pengawal pengawal yang gagah dan sopan. Daun mudanya bening berwarna merah jambu. Seolah-olah tersenyum manis, menyejukkan hati barang siapa yang memandangnya. Suara bel sado dan derap kudanya di jalan aspal yang licin, menggema, dan tetap kedengaran walupun sudah jauh dari pandangan. Kicau burung di senja hari yang sedang sibuk berebut tempat istirahat di pohon rindang, nyaman di perasaan. Dan . . tak pernah kulupakan bau Enau de Cologne Ibu, sampai Ibu bersalin mengandung lagi, bersalin lagi, dan seterusnya sampai adikku Ninuk yang bungsu. Indah … indaaah, menyenangkan … itulah yang dapat kuingat.
Berkali-kali saya menyaksikan perkembangan bayi menjadi kanak-kanak, kemudian remaja, lalu menjadi dewasa dan akhirnya tua. Perkembangan paling lucu ialah selagi umur 3 sampai 5 tahun, setelah itu ada bagian-bagian yang menjengkelkan. Bahkan setelah tua banyak bagian bagian yang memuakkan, termasuk diriku sendiri. Tentu saja banyak juga hal menyenangkan, terutama kalau manusia tua yang baik menurut penilaian saya: tidak sombong, penyantun, tidak kikir, tahu diri, cepat maklum tetapi tidak dungu.
Sekian saja tulisan pendahuluan ini. Untuk selanjutnya saya akan masuki bagian yang lain. Mengenai silsilah keluarga kami, secara ringkas saja. Tapi ada suatu kalimat, sebuah perkataan Ibu yang ingin saya sampaikan pada anda sekalian, terutama kaum lelaki yang sukses dalam kehidupan ini. Kata Ibu: “ Barang siapa mencintai keluarganya, maka masyarakatpun akan cinta kepadanya”. Memang betul. Jika masyarakat mencintai diri kita, apa lagi yang membahagiakan ?
Untuk mengenang Ibu, ada saya buat sebuah syair sederhana? Saya tahu bahwa syair ini tidak indah, tidak menuruti teori puisi, tapi saya hanya ingin menuliskan bisikan hati saya untuk seorang wanita sejati yang tak dapat saya balas budi dan kasih sayangnya. Inilah syair sederhana itu.
UNTUK IBU
Untuk mengenang Engkau aku tak akan
Untuk mengenang Engkau aku tak akan mengada ada.
Sebab orang yang tak tahu akan menangis karena Iba.
Orang yang mengerti akan geli tertawa.
Ibu, aku telah ditakdirkan menjadi anak pertama.
Tapi dalam hidupku telah penuh cacah noda dan dosa.
Karna perempuan dan uang aku lupa.
Di dalam lupa aku mengira aku ini bijaksana
Tingkah lakuku, falsafah kehidupan, benar semata mata.
Tidak, aku tak akan mabok selamanya.
Kini Ayah telah tua
Kami semua telah dewasa, katanya ……..
Siapa seharusnya memaklumi siapa?
Dari dulu kita hidup bersama.
Jalan dari mana mau ke mana ?
Mencapai cita-cita ?
Kebangungan jiwa ?
Kebangunan keluarga ? Kebangunan bangsa.
Ada yang pernah bicara tentang jiwa.
Jika kere kah atau jiwa Raya.
Siapah berjiwa apa ? mengapa ?
Akh, semua dungu …...... Dungu ……… tak tahu suatu apa.
Akhirnya ……… tammat saja di telan masa.
Semua di anggap omong kosong belaka.
Indahnya cintapun sia sia.
Namun aku yakin cinta itu bahagia.
“Cinta kepada sesamanya”.
“Cinta” itu pengorbanan yang rela.
Aku tahu Ibu telah berkorban
Segala-galanya .. ..
Untuk keluarga
Hayo … siapa bilang cinta kepada ibunya ?
Ikuti jejak Ibu demi kebangunan keluarga.
Bangsa yang jaya adalah kumpulan dari
keluarga yang bahagia ?
Adakah ini semacam igauan belaka ?
Ataukah gugurnya buah ranum yang
berisi dosa ?
Sudah . . Sudah …… berkepanjangan …
Mengerti ?
Diam. Tak usah banyak bicara .
Subscribe to:
Posts (Atom)