REPUBLIKA.CO.ID,LUMAJANG--Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo yang beberapa saat lalu mengalami penurunan, kini mulai meningkat, kata Ketua BPC PHRI Kabupaten Probolinggo, Digdoyo saat pembukaan kembali obyek wisata Gunung Bromo di Cemorolawang, Ngadisari, Probolinggo, Rabu.
Digdoyo menyebutkan, jumlah pengunjung Gunung Bromo yang menaguinap antara Oktober 2010 hingga Februari 2011 saat gunung tersebut mengalami puncak erupsi turun hingga mencapai sekitar 50 persen.
Namun, lanjut Digdoyo, memasuki bulan Maret ini jumlah pengunjung Gunung Bromo telah kembali meningkat lagi sekitar 30 persen.
Menurut Digdoyo selama ini secara rutin jumlah pengunjung normal Gunung Bromo berkisar sekitar 70 persen dari jumlah penghuni hotel yang ada di Bromo.
Disebutkan, jumlah hotel di Bromo sebanyak 12 buah denagan jumlahkamar sebanyak 310 buah.
Digdoyo optiomis dengan pembukaan kembali obyek wisata Gunung Bromo tersebut akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo.
Digdoyo juga mengungkapkan, seluruh hotel yang ada di Gunung Bromo kini juga telah siap menerima tamu. Digdoyo juga menyebutkan, untuk mendukung Visit East Java 2011, pada 9 juli mendatang akan digelar kembali Jazz Gunung untuk ketiga kalinya. Namun untuk yang terakhir ini skalanya telah menimgkat menjadi tingkat internasional.
Ia menyebutkan, Jazz Gunung rencananya akan duikunjungi sekitar 1.000 undangan.
Showing posts with label gunung. Show all posts
Showing posts with label gunung. Show all posts
Gunung Merapi Terus Menurun
Memasuki 2011, fase erupsi Gunung Merapi berakhir. Seismograf di Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, dalam beberapa hari terakhir hingga, Ahad (2/1) bergerak stabil dan cenderung membentuk garis lurus.
Hal itu menandakan aktivitas vulkanik di puncak Merapi semakin menurun. Hampir tidak ada lagi gempa vulkanik ataupun guguran material dari puncak Merapi. Sedangkan dari pengamatan visual, di puncak kawah Merapi juga sudah tidak lagi terlihat adanya kubah lava.
Ini menandakan tidak ada lagi pergerakan magma dari perut bumi menuju ke kawah. Kini, sejak beberapa waktu lalu, status Gunung Merapi telah turun, dari siaga menjadi waspada.
sumber : http://berita.liputan6.com
Hal itu menandakan aktivitas vulkanik di puncak Merapi semakin menurun. Hampir tidak ada lagi gempa vulkanik ataupun guguran material dari puncak Merapi. Sedangkan dari pengamatan visual, di puncak kawah Merapi juga sudah tidak lagi terlihat adanya kubah lava.
Ini menandakan tidak ada lagi pergerakan magma dari perut bumi menuju ke kawah. Kini, sejak beberapa waktu lalu, status Gunung Merapi telah turun, dari siaga menjadi waspada.
sumber : http://berita.liputan6.com
Bromo dan Mitologi Rakyat Ngadas
"Mbeledos ora opo-opo, sing penting nyambut gawe, sesuk langsung gawe sesajen" (Meletus tidak apa-apa, yang terpenting tetap bekerja, setelah itu kita membuat sesaji).
Ucapan itu muncul dari Nurjono (35), seorang warga Desa Ngadas RT7, RW1 Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yakni satu dari sekian desa yang menjadi perhatian serius terkait meningkatnya status Gunung Bromo (2.329 mdpl) dari "Waspada" ke "Siaga" terus "Awas" atau level IV
Menurut budayawan asal Malang, Prof Henry Supriyanto, ungkapan warga tersebut adalah sebuah mitos yang masih tertanam di sekitar warga lereng Bromo, khususnya di perbatasan Gunung Bromo dengan Kabupaten Malang.
"Mitos keturunan Joko Seger dan istrinya Loro Anteng yang merupakan keturunan dewa-dewa itu masih dipegang erat oleh warga Desa Ngadas," paparnya.
Henry menceritakan, kuatnya hubungan antara Gunung Bromo dengan warga Desa Ngadas tak lepas dari upaya Joko Seger yang pernah mengorbankan putra bungsunya atau putra ke 25 (Kusuma) untuk sesaji Gunung Bromo.
Sehingga, warga yakin dengan sesaji yang dilakukan Joko Seger, Gunung Bromo tidak akan meletus, dan apabila ada letusan warga meyakini tidak akan mengarah ke desanya.
"Mitos itu hingga kini masih dipegang masyarakat Desa Ngadas, dan tidak akan terpengaruh dengan meningkatnya aktivitas Gunung Bromo," kata Henry yang juga guru besar Sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Seusai mengorbankan anak bungsunya, Joko Seger lantas meminta kepada warga agar apabila mempunyai "hajatan" atau perayaan, supaya tidak "menanggap" (menampilkan) wayang kulit, melainkan wayang topeng, wayang panji atau ludruk, hal ini untuk menghormati "Sang Bethoro Bromo" (Dewa Bromo).
Henry mengatakan, peningkatan status gunung api tersebut dianggap warga sebagai peringatan bagi seluruh manusia di bumi agar tidak membuat kerusakan. Meski demikian, Henry tetap meyakini, warga Ngadas tidak akan pindah sebab kuatnya memegang mitos tersebut.
Kuatnya warga dalam memegang mitos tersebut, dibenarkan oleh Kepala Desa Ngadas, Kartono.
Ketika ditemui di Balai Desa Ngadas, Kartono mengatakan, hingga saat ini warganya yang berjumlah 1.781 jiwa tersebut, masih lebih percaya dengan keyakinannya sendiri daripada info yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Hal ini terlihat dari aktivitas warga yang tetap menjalani kesehariannya seperti biasa, dan tidak ada "keanehan" terkait adanya info peningkatan status.
"Warga selalu berharap kabar baik dari Gunung Bromo, dan tidak pernah berpikir aneh-aneh. Oleh karena itu, meski badan vulkanologi menyebutkan status desanya cukup rawan terkena abu vulkanik, namun warga tetap menanggapinya dengan biasa," papar Kartono.
Ia menjelaskan, peningkatan aktivitas Gunung Bromo yang berakibat munculnya abu vulkanik tersebut merupakan hal yang biasa bagi warga Ngadas, sebab peristiwa itu tidak hanya sekali dialami warga.
"Hingga saat ini warga lebih memilih tetap tinggal di desa, meski status tersebut dinilai PVMBG membahayakan, sebab kejadian ini sudah terbiasa dialami oleh warga," tuturnya.
Turis Turun
Sementara itu, info yang bersumber dari PVMBG terkait meningkatnya status Bromo tersebut, dinilai warga sangat merugikan, karena sejumlah wisatawan lokal maupun asing tidak mau lewat desa tersebut untuk menuju Bromo, karena desa itu sudah dinilai "berbahaya".
Akibatnya, penghasilan sejumlah warga yang selama ini didapat dari adanya kunjungan wisatawan, menurun drastis.
Wahyudi, salah seorang penjual bakso yang biasa "mangkal" di "rest area" (tempat peristirahatan wisatawan) mengatakan, sudah dua minggu ini penghasilan menjual bakso menurun drastis dari Rp350 perhari menjadi Rp175 perhari.
Ia menjelaskan, pada hari biasa dirinya cukup mangkal di "rest area" dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dan baksonya sudah habis. Namun, setelah pemberitahuan peningkatan status tersebut, baksonya selalu tersisa, dan mangkalnya hingga jam 16.00 WIB.
Warga lain, Harjo mengatakan, adanya kabar peningkatan status tersebut, membuat desanya semakin sepi dan jarang sekali dikunjungi oleh wisatawan.
"Wisatawan sampai saat ini tidak mau datang lagi untuk melihat Bromo dari perbatasan Kabupaten Malang, padahal hingga saat ini kondisinya tidak ada masalah, dan abu yang katanya mengarah ke Ngadas itu juga tidak kelihatan," ujarnya.
Meski demikian, Kepala Desa Ngadas, Kartono tetap menyiapkan jalur evakuasi. "Jalur evakuasi ini sebagai antisipasi apabila terjadi apa-apa untuk memenuhi prosedur keselamatan warga," katanya.
Saat ini, jalur evakuasi tersebut telah diberi tanda khusus dan mengarah sekitar 12 kilometer dari Desa Ngadas.
Tempatnya yakni berada di Desa Gubug Klahak dan Wringin Anom yang merupakan tempat paling aman dari erupsi Gunung Bromo. "Tempat untuk evakuasi dari Gunung Bromo yakni berjarak 22 kilometer dari pusat abu Bromo," katanya.
Berdasarkan laporan terakhir yang diterima Kartono, abu vulkanik Bromo tersebut hanya melewati hutan yang berada di samping Desa Jarak Ijo atau mengarah ke Desa Losari.
Sehingga, tidak sampai ke pemukiman warga. "Alhamdulillah masih aman, dan saya minta doanya agar Desa Ngadas tetap aman dari bahaya erupsi Bromo," ucapnya.
Desa Ngadas merupakan kawasan Kabupaten Malang yang terdekat dengan lokasi Gunung Bromo, jaraknya dari pusat vulkanik Abu Bromo yakni sekitar 15 kilometer.
Desa Ngadas terdiri dari dua dusun, yakni Dusun Ngadas dan Dusun Jarak Ijo, dengan presentase penganut agama Islam 30 persen, Hindu 30 persen serta Budha 30 persen.
Ucapan itu muncul dari Nurjono (35), seorang warga Desa Ngadas RT7, RW1 Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yakni satu dari sekian desa yang menjadi perhatian serius terkait meningkatnya status Gunung Bromo (2.329 mdpl) dari "Waspada" ke "Siaga" terus "Awas" atau level IV
Menurut budayawan asal Malang, Prof Henry Supriyanto, ungkapan warga tersebut adalah sebuah mitos yang masih tertanam di sekitar warga lereng Bromo, khususnya di perbatasan Gunung Bromo dengan Kabupaten Malang.
"Mitos keturunan Joko Seger dan istrinya Loro Anteng yang merupakan keturunan dewa-dewa itu masih dipegang erat oleh warga Desa Ngadas," paparnya.
Henry menceritakan, kuatnya hubungan antara Gunung Bromo dengan warga Desa Ngadas tak lepas dari upaya Joko Seger yang pernah mengorbankan putra bungsunya atau putra ke 25 (Kusuma) untuk sesaji Gunung Bromo.
Sehingga, warga yakin dengan sesaji yang dilakukan Joko Seger, Gunung Bromo tidak akan meletus, dan apabila ada letusan warga meyakini tidak akan mengarah ke desanya.
"Mitos itu hingga kini masih dipegang masyarakat Desa Ngadas, dan tidak akan terpengaruh dengan meningkatnya aktivitas Gunung Bromo," kata Henry yang juga guru besar Sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Seusai mengorbankan anak bungsunya, Joko Seger lantas meminta kepada warga agar apabila mempunyai "hajatan" atau perayaan, supaya tidak "menanggap" (menampilkan) wayang kulit, melainkan wayang topeng, wayang panji atau ludruk, hal ini untuk menghormati "Sang Bethoro Bromo" (Dewa Bromo).
Henry mengatakan, peningkatan status gunung api tersebut dianggap warga sebagai peringatan bagi seluruh manusia di bumi agar tidak membuat kerusakan. Meski demikian, Henry tetap meyakini, warga Ngadas tidak akan pindah sebab kuatnya memegang mitos tersebut.
Kuatnya warga dalam memegang mitos tersebut, dibenarkan oleh Kepala Desa Ngadas, Kartono.
Ketika ditemui di Balai Desa Ngadas, Kartono mengatakan, hingga saat ini warganya yang berjumlah 1.781 jiwa tersebut, masih lebih percaya dengan keyakinannya sendiri daripada info yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Hal ini terlihat dari aktivitas warga yang tetap menjalani kesehariannya seperti biasa, dan tidak ada "keanehan" terkait adanya info peningkatan status.
"Warga selalu berharap kabar baik dari Gunung Bromo, dan tidak pernah berpikir aneh-aneh. Oleh karena itu, meski badan vulkanologi menyebutkan status desanya cukup rawan terkena abu vulkanik, namun warga tetap menanggapinya dengan biasa," papar Kartono.
Ia menjelaskan, peningkatan aktivitas Gunung Bromo yang berakibat munculnya abu vulkanik tersebut merupakan hal yang biasa bagi warga Ngadas, sebab peristiwa itu tidak hanya sekali dialami warga.
"Hingga saat ini warga lebih memilih tetap tinggal di desa, meski status tersebut dinilai PVMBG membahayakan, sebab kejadian ini sudah terbiasa dialami oleh warga," tuturnya.
Turis Turun
Sementara itu, info yang bersumber dari PVMBG terkait meningkatnya status Bromo tersebut, dinilai warga sangat merugikan, karena sejumlah wisatawan lokal maupun asing tidak mau lewat desa tersebut untuk menuju Bromo, karena desa itu sudah dinilai "berbahaya".
Akibatnya, penghasilan sejumlah warga yang selama ini didapat dari adanya kunjungan wisatawan, menurun drastis.
Wahyudi, salah seorang penjual bakso yang biasa "mangkal" di "rest area" (tempat peristirahatan wisatawan) mengatakan, sudah dua minggu ini penghasilan menjual bakso menurun drastis dari Rp350 perhari menjadi Rp175 perhari.
Ia menjelaskan, pada hari biasa dirinya cukup mangkal di "rest area" dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dan baksonya sudah habis. Namun, setelah pemberitahuan peningkatan status tersebut, baksonya selalu tersisa, dan mangkalnya hingga jam 16.00 WIB.
Warga lain, Harjo mengatakan, adanya kabar peningkatan status tersebut, membuat desanya semakin sepi dan jarang sekali dikunjungi oleh wisatawan.
"Wisatawan sampai saat ini tidak mau datang lagi untuk melihat Bromo dari perbatasan Kabupaten Malang, padahal hingga saat ini kondisinya tidak ada masalah, dan abu yang katanya mengarah ke Ngadas itu juga tidak kelihatan," ujarnya.
Meski demikian, Kepala Desa Ngadas, Kartono tetap menyiapkan jalur evakuasi. "Jalur evakuasi ini sebagai antisipasi apabila terjadi apa-apa untuk memenuhi prosedur keselamatan warga," katanya.
Saat ini, jalur evakuasi tersebut telah diberi tanda khusus dan mengarah sekitar 12 kilometer dari Desa Ngadas.
Tempatnya yakni berada di Desa Gubug Klahak dan Wringin Anom yang merupakan tempat paling aman dari erupsi Gunung Bromo. "Tempat untuk evakuasi dari Gunung Bromo yakni berjarak 22 kilometer dari pusat abu Bromo," katanya.
Berdasarkan laporan terakhir yang diterima Kartono, abu vulkanik Bromo tersebut hanya melewati hutan yang berada di samping Desa Jarak Ijo atau mengarah ke Desa Losari.
Sehingga, tidak sampai ke pemukiman warga. "Alhamdulillah masih aman, dan saya minta doanya agar Desa Ngadas tetap aman dari bahaya erupsi Bromo," ucapnya.
Desa Ngadas merupakan kawasan Kabupaten Malang yang terdekat dengan lokasi Gunung Bromo, jaraknya dari pusat vulkanik Abu Bromo yakni sekitar 15 kilometer.
Desa Ngadas terdiri dari dua dusun, yakni Dusun Ngadas dan Dusun Jarak Ijo, dengan presentase penganut agama Islam 30 persen, Hindu 30 persen serta Budha 30 persen.
antaranews.com
Tanda Gunung Berapi Akan Meletus
Apa Tanda-Tanda Gunung Berapi Akan Meletu Tanda Alam Firasat Binatang Dan Tumbuhan. Terjadinya bencana alam gunung meletus pasti bukan kejadian yang ditunggu-tunggu, yah! Kalo bisa jangan terjadi, deh! Nah, sebelum gunung meletus, biasanya alam akan memberi tanda-tanda. Seperti yang terjadi saat Gunung Krakatau meletus di tahun 1883. Ada banyak tanda yang bisa dirasakan oleh warga setempat.
Berikut ini 5 ciri atau tanda gunung berapi akan meletus:
Tanda yang pertama
sudah sangat umum adalah gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun segera waspada.
Tanda yang kedua
adalah banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus.
Tanda ketiga
meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.
Tanda keempat
mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga.
Tanda kelima
tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.
Sebagai tambahan
inilah 3 (tiga) macam atau tipe gunung berapi. Bila kamu berada di dekat suatu gunung berapi, coba dari sekarang amati bentuknya ya.
1. Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano)
2. Gunung berapi perisai (shield volcano)
3. Gunung berapi maar
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, diantaranya adalah :
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayahan manusia.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Abu letusan
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.
Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas (wedhus gembel) dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Berikut ini 5 ciri atau tanda gunung berapi akan meletus:
Tanda yang pertama
sudah sangat umum adalah gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun segera waspada.
Tanda yang kedua
adalah banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus.
Tanda ketiga
meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.
Tanda keempat
mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga.
Tanda kelima
tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.
Sebagai tambahan
inilah 3 (tiga) macam atau tipe gunung berapi. Bila kamu berada di dekat suatu gunung berapi, coba dari sekarang amati bentuknya ya.
1. Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano)
2. Gunung berapi perisai (shield volcano)
3. Gunung berapi maar
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, diantaranya adalah :
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayahan manusia.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Abu letusan
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.
Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas (wedhus gembel) dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Subscribe to:
Posts (Atom)