Showing posts with label artis. Show all posts
Showing posts with label artis. Show all posts

Fatin Lahirkan Single Bernunsa Religi

JAKARTA, (PRLM).- Menang dalam kontes pencarian bakat “X Factor Indonesia” edisi perdana, nama Fatin Shidqia Lubis langsung tenar seantero negeri. Atas predikat juara yang disandangnya di ajang tersebut, Fatin pun berhak atas hadiah lagu “Aku Memilih Setia”. Namun belum berselang sebulan dari perilisan debut single-nya itu, Fatin kembali melahirkan single berjudul “KekasihMu”, yang kali ini benuansa religi.
“Recording-nya sih sudah agak lama, lagu itu ceritanya tentang orang yang mengikhlaskan segalanya. Pokoknya, dia tinggal berserah diri kepada Allah. Dia ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah,” tutur Fatin, ketika album religi “The Best Of Islamic Music Vol 2” yang memuat single keduanya itu diluncurkan di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.
Penyanyi berjilbab ini mengungkapkan, lagu “KekasihMu” merupakan lagu yang diciptakan oleh Nukke Kusumadewi. “Pesan lagunya itu biar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah. Soalnya, bukan hanya bulan Ramadhan saja kita harus mendekatkan diri, tetapi justru pada bulan ini kita harus lebih baik dalam beribadah,” ucapnya.
Fatin mengakui, dirinya memiliki ketertarikan yang sama kuat antara lagu pop dan lagu rohani. Namun demikian, dengan menyanyikan lagu religi, Fatin merasa batinnya turut tersentuh. “Lagu ini jatuhnya jadi bikin saya lebih rapuh. Maksudnya, saya harus lebih berserah diri lagi. Kalau lagu pop itu kan rapuhnya lebih ke galau, jadinya berbeda,” tutur dara berusia 16 tahun ini.
Dengan menyanyikan lagu bernuansa islami, Fatin mengakui pula, ibadah dan kedekatannya dengan Sang Khalik jadi kian bertambah. Namun begitu, perempuan yang memutuskan berjilbab ketika duduk di bangku SMA kelas 1 ini malah belum hafal akan syair di single “KekasihMu”.
“Karena rekamannya sudah lama, jadinya saya agak lupa liriknya. Kalau sekarang disuruh menyanyi, saya ada ada yang lupa liriknya. Soalnya, setelah rekaman lagu religi ini, saya rekaman satu lagu lagi. Jadinya agak lupa dengan lirik lagu yang religi. Yang saya hafal refrain-nya saja,” tutur pelajar SMAN 97 Jakarta ini secara lugu.
Meskipun belum hafal dengan lagu “KekasihMu”, dengan tegas Fatin menolak jika harus menyanyikan lagu itu secara lipsync. “Saya anti banget menyanyi lipsync. Sudah latihan susah-susah, tiba-tiba disuruh menyanyi lipsync yang tidak bisa improvisasi apapun, orang lain juga melihatnya kan tidak enak. Jadi, buat saya, itu tuh cara menyanyi yang sungguh mengecewakan. Apalagi buat penyanyi dari talent show, aduh! Lebih baik saya menolak kerjaan daripada menyanyi lipsync,” ujarnya.
Ketika ditanya mengenai single baru yang telah digarapnya, Fatin membocorkan bahwa lagu tersebut memiliki irama blues. “Blues itu kan masih jarang, jadi saya ingin menyebarkan blues biar masyarakat itu enggak denger lagu Melayu yang mellow terus,” ucap penyanyi yang baru-baru ini meraih posisi #1 Best Female Singer Asia versi The Top Tens, mengalahkan penyanyi sekaliber Agnes Monica dan Anggun Cipta Sasmi, ini. (A-203/A-147)***

Fatin Sempat Ragu Kenakan Hijab

JAKARTA, KOMPAS.com -- Keputusan mengenakan hijab bukan suatu hal mudah untuk Fatin Shidqia Lubis (16). Keinginan tersebut sudah muncul sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), tapi ada saja halangan yang  dihadapinya.

"Mau makai jilbab itu sudah dari kelas 1 SMP tapi enggak tahu kenapa ragu aja, terus begitu sampai kelas 2, terus kelas 3 SMP," tuturnya waktu ditemui di Rabbani Store Rawamangun, Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Keputusan pun akhirnya dipilih Fatin saat masuk bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Di awal-awal, diakui Fatin, banyak godaan yang datang, termasuk cemoohan dan cibiran dari teman-temannya. 
Namun seiring berjalan waktu, lingkungan pun terbiasa dengan penampilan Fatin yang berhijab.
"Iya awalnya temen-temen pada bilang ini-itu, tapi sekarang sudah mantap," ungkapnya.

Keyakinan itu makin mantap terlebih banyak pihak yang mengapresiasi keputusannya tersebut. Fatin kini didaulat menjadi ikon remaja busana muslim untuk salah satu merk pakaian.

Tak Berani Dekati SBY, Ibu-ibu Minta Foto Bareng Jokowi

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono membuka Gelar Batik Nusantara di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (17/7/2013) pagi. Seusai acara, Presiden beserta rombongan berkeliling untuk melihat stan-stan dalam acara tersebut. Tampak dalam rombongan itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Jokowi tampak mengikuti di barisan belakang rombongan Presiden. Pengamanan protokoler terhadap Presiden Yudhoyono sangat ketat sehingga tak ada satu pengunjung pun yang berani mendekati Kepala Negara.
"Jangan dekat-dekat, Nak," ujar salah seorang ibu kepada anaknya yang penasaran dengan aktivitas Presiden.
Setelah melihat-lihat pameran, Presiden meninggalkan acara itu. Jokowi memisahkan diri dari rombongan. Ia memilih berkeliling ke setiap stan, sendirian dan tanpa kawalan ketat dari ajudannya.
Tak seperti Presiden Yudhoyono, Jokowi menjadi "sasaran" para pengunjung dan petugas stan batik, terutama ibu-ibu yang ingin berfoto bersamanya. Mereka secara bergiliran mendekati Jokowi untuk jeprat-jepret.
Jokowi seakan menjadi magnet tersendiri dalam acara tersebut. Dari satu orang ke orang lain, Jokowi hanya bisa tersenyum sambil melayani satu per satu permintaan foto bersama.
"Pak, saya juga dong foto," ujar salah seorang ibu. "Nanti gantian ya, Pak," timpal ibu lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi sempat mengunjungi stan batik dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kota Surakarta. Jokowi seakan memberikan perhatian khusus di stan tersebut. Jokowi juga memborong beberapa potong kain batik dari sana, masing-masing seharga Rp 600.000, Rp 700.000, dan Rp 800.000.
"Saya suka yang warnanya soft," ujar Jokowi.
Seusai acara tersebut, Jokowi akan berkunjung ke Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Jokowi hendak meninjau kelanjutan program kampung deret di kawasan itu.

Fatin Shidqia Dilirik Rumah Mode Busana Muslim

Liputan6.com, Jakarta : Tak hanya merenda karier di pentas musik, Fatin Shidqia juga memulai peruntungannya di dunia fashion muslimah. Sebuah rumah mode busana muslim bermaksud menggandeng Fatin dalam lini koleksi busana mereka, bertitel Fatin Shidqia Lubis by Rabbani.

"Dia sosoknya sederhana. Tidak hanya vokalnya yang unik, tapi juga meski terkenal tetap sopan. Ini sosok yang diharapkan dan mudah-mudahan menjadi penebar kebahagiaan bagi wanita muslim," jelas Direktur Operasional Rabbani, Nandang Komara, di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (15/7/2013).

Sebagai permulaan, Fatin didapuk sebagai brand ambassador dari produk-produk yang dikeluarkan rumah mode muslim tersebut. Alhasil, Fatin mendapat pasokan busana kala mentas di atas panggung.

"Warna-warnanya akan disesuaikan dengan kesukaan Fatin. Kami juga akan bicarakan dengan Sony Music (label musik yang menaungi Fatin), yang pantas seperti apa. Yang jelas, kami akan tetap menarik meski berhijab," kata Nandang.

Peralatan Doraemon (Ingat Masa Kecil)

Kehidupan awal Doraemon tidak begitu baik. Ia adalah sebuah robot gagal yang dilelang kepada sebuah keluarga miskin yang terlilit utang, yang tak lain adalah keluarga keturunan Nobi Nobita. Doraemon pernah menjalani masa-masa berat: Ia hanya menjadi penjaga bayi setelah gagal melewati ujian di akademi robot, kedua telinganya hancur setelah digigit robot tikus, catnya luntur akibat ulahnya sendiri, dan masih banyak kisah sedih yang ia lalui di tahun pertama kelahirannya. Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo.
Free Image Hosting at www.ImageShack.us
Misi Doraemon adalah untuk menolong Nobi Nobita (buyut dari Sewashi yang memiliki Doraemon). Nobita adalah seorang anak yang selalu mengalami nasib sial dan tak punya kemampuan apa-apa. Ia bodoh dalam pelajaran sekolah dan tidak bisa berolahraga, Nobita hanya berbakat dalam tembak-menembak,bermain karet, dan tidur; kemampuan yang hampir tak berguna di zaman Jepang modern. Inilah alasan mengapa ia gagal menjalani kehidupannya. Dan Doraemon dikirim dari masa depan untuk menjadikannya seorang pria yang sukses. Sangat ironis, sebuah robot gagal datang membantu seorang anak yang gagal. Tetapi pada kenyataannya, persahabatan kedua anak ini membuat mereka menjadi seseorang yang lebih baik

Peralatan yang sering digunakan oleh Doraemon antara lain:
  • Kantong Ajaib
Adalah sebuah kantong 4 dimensi yang tertempel di perut Doraemon, kantong ini dapat menyimpan semua alat-alat Doraemon tanpa batas, bahkan semua barang-barang dikamar Nobita. Doraemon juga menyimpan sebuah kantong ajaib cadangan di lemari tempat ia tidur. Di lubang kantung ini terdapat sebuah alat pendeteksi imajinasi sehingga apabila ingin mengambil suatu alat, Doraemon akan membayangkan bentuk dari benda tersebut. Alat pendeteksi imajinasi akan mencari benda tersebut dan akan memberikannya ke tangannya.
  • Mesin Waktu
Adalah mesin yang dapat digunakan untuk menjelajah ruang dan waktu. Doraemon menggunakannya untuk kembali ke masa depan jika ia ingin menjalani servis rutin.
  • Pintu ke Mana Saja
Adalah pintu yang digunakan Doraemon untuk menuju ke tempat apa pun di waktu kapan pun. Namun, pintu ke mana saja memiliki batas data zaman tujuan.
  • Jendela ke Mana Saja
Adalah jendela yang pernah digunakan Nobita untuk menuju ke tempat apa pun di waktu kapan pun. Namun, Jendela ke mana saja memiliki batas data zaman tujuan.
  • Baling-Baling Bambu
Baling-baling kecil milik doraemon yang digunakan untuk terbang ke tempat yang dituju. Baling-baling bambu terbang dengan menggunakan tenaga baterai yang habis dalam 4 jam, namun dapat terisi ulang secara otomatis apabila diistirahatkan selama beberapa saat.
  • Konyaku Penerjemah
Konyaku penerjemah adalah makanan sejenis agar-agar tahu yang berguna untuk menerjemahkan bahasa lain. Jika dimakan, maka orang asing yang berbicara dengan kita akan mengerti perkataan kita, begitu pula sebaliknya.
  • Kue cap Momotaro
Adalah kue yang digunakan untuk menjinakkan binatang. Seganas apapun binatangnya, akan berubah menjadi binatang jinak yang bisa ditunggangi bahkan diperintah. Kue cap Momotaro aman bila dimakan oleh manusia
  • Senter Pengecil
Jika senter ini digunakan, benda yang disinarinya akan mengecil.
  • Sarung Tangan Super
Sarung tangan ini dapat meningkatkan kekuatan tangan orang yang memakainya, sehingga dapat mengangkat beban yang sangat berat atau digunakan sebagai senjata bila melawan musuh. Bekerja dengan prinsip gravitasi dan penyerapan berat benda.
  • Meriam Angin
Salah satu alat Doraemon yang berupa senjata. Dipakai bila menghadapi musuh. Kekuatannya tergantung oleh penggunanya dan memiliki baterai yang dapat habis bila terlalu sering dipakai.
  • Shock Gun
Sebuah pistol yang dapat mengeluarkan gelombang listrik yang kuat sehingga dapat membuat musuh pingsan.
  • Mantel Pengibas
Mantel ini berfungsi untuk membelokkan apapun yang mengenai mantel ini
  • Lingkaran Penembus
Benda yang berbentuk seperti holahop ini berguna untuk menembus dinding ataupun benda yang menghalangi jalan.
  • Selimut Waktu
Kain yang dapat mengembalikan benda yang dibungkusnya kembali ke asalnya / ke wujud sebelumnya.

sumber : http://id.wikipedia.org/

Profil Jennifer Kurniawan

Seiring mencuatnya nama Irfan Bachdim di kancah sepakbola nasional berkat penampilan gemilangnya saat tim nasional Indonesia melibas Malaysia dan Laos pada piala AFF 2010 beberapa waktu yang lalu, nama Jennifer Kurniawan juga pelan-pelan juga mulai popular. Foto model seksi yang memiliki nama lengkap Jennifer Jasmin Kurniawan merupakan kekasih atau pacar Irfan Bachdim. Saat ini wanita seksi tersebut tengah merintis karir menjadi fotomodel di Jerman.Kecantikan dan keseksian Jennifer Kurniawan seolah menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum adam di Indonesia. Itulah mengapa nama Jennifer Kurniawan belakangan ini kerap didengar dan dicari oleh para pecinta sepakbola yang juga fans Irfan Bachdim. Konon para fans Irfan Bachdim yang kebanyakan adalah wanita merasa gerah setelah mengentahui bahwa pemain sepakbola idolanya tersebut sudah memiliki pacar.


Nama            : Jennifer Jasmin Kurniawan
Usia               : 23
Tinggi/Berat    : 165 cm/47 kilogram
Rambut           : Panjang berwarna coklat
Warna mata    : Coklat
Ukuran Bra     : 34B
Ukuran Baju   : 34/36
Ukuran Sepatu : 37

Idola Adalah Pesaing Kita

Melihat perilaku remaja belakangan ini - di kota maupun daerah - tampak nyata bahwa mereka adalah kelompok yang memiliki karakter spesial. Cara mereka dandan, bersikap, komunikasi, bahkan gaya hidup, sebagian besar remaja seperti tak jauh dari tipikal idola yang memenuhi obsesi mereka. Masalahnya, perilaku remaja yang cenderung "mbebekisme" ini aman atau tidak bagi eksistensinya? Bagaimana pula seharusnya remaja menempatkan idola ini dalam kerangka obsesinya?
Secara umum, idola sering dikenal sebagai sosok yang dikagumi, yang dianggap hebat, yang dalam skala tertentu bisa "memperkosa" inspirasi seseorang untuk menjadi sama dengan tokoh yang diidolakan. Seorang remaja misalnya, dia mengidolakan Harry Potter, karena menganggap tokoh Harry Potter sebagai hero pembasmi kejahatan dengan cara magisnya yang unik. Dia terkagum - kagum, dia terpaku dengan sosok Harry Potter, yang pada ujung - ujungnya bisa jadi dia meniru Harry Potter lengkap dengan gaya dan atributnya.
Dalam kasus lain, seorang remaja SMA begitu tergila - gila dengan Krisdayanti, Sammy Kerispatih, Ariel Peterpan, atau Anjie Drive. Kegilaan itu merambah ke segenap darahnya sampai si remaja memosisikan diri untuk mengikuti apapun yang dilakukan bintang - bintang tersebut. Lalu, apa yang terjadi ? Tentu bisa ditebak, remaja tersebut sedang berada di tepi jurang, dia akan jatuh hancur atau dia tersadar menepi dan selamat. Sebab, sebenarnya tokoh - tokoh yang diidolakan tersebut punya dua sisi - positif dan negatif - yang jika ditelan mentah - mentah, maka remaja tadi mungkin bernasib lebih buruk dan menyedihkan.
Menengok dua kasus di atas, ada beberapa hal yang dapat dikupas lebih dalam lagi. Pertama, idola bisa berupa tokoh fiktif dan juga tokoh riil. Idola fiktif cenderung lebih tinggi kredibilitasnya karena dia selalu tampil dengan format yang positif dan "safety". Sehingga idola fiktif ini cenderung tidak meracuni perilaku para penggandrungnya. Dengan kata lain, "mbebek" pada idola fikif jauh lebih aman sifatnya dibanding idola riil.
Dalam idola riil, citra tokoh tidak bisa direkayasa menjadi tokoh serba benar dan serba bersih. Idola riil kadang harus terpuruk pada tindak amoral, mesum, bahkan menjurus kriminal. Di sinilah letak bahayanya, sehingga pengidolaan tokoh riil lebih membutuhkan pemikiran "njlimet" untuk menyikapinya. Sebab, kecerobohan sedikit saja pengidolaan itu, akibatnya bisa fatal dan memalukan bagi eksistensi diri sendiri.
Kedua, idola bisa menembus batas ruang dan waktu tanpa memedulikan siapa dan di mana keberadaannya. Artinya idola bisa muncul pada tokoh masa lalu, tokoh di luar daerah kita, atau tokoh yang kurang terkenal sekalipun. Idola bisa tumbuh pada orang yang dekat dengan kita, seperti ayah, ibu, kakak, pacar, atau guru kita.
Nilai lebih dari idola dekat seperti ini adalah bahwa kita bisa merasakan langsung kehebatan - kehebatan sang idola tanpa media perantara. Misalnya, kita bisa belajar, bisa meminta saran, menimba ilmu dan pengalamannya secara langsung, sehingga kita lebih tegas dan jelas dalam proses penyerapannya.
Mengidolakan orang dekat seperti ini memang lebih bersifat humanistik, sebab kita bisa memahami nilai - nilai manusia secara utuh; tidak terpenggal-penggal seperti dalam berita media atau dalam cerita yang tidak jelas sumber kebenarannya.

KADAR SAING
Menempatkan idola dalam obsesi kita harus benar - benar akurat dan tidak terpicu oleh emosi semata. Sering terlihat seorang remaja mengidolakan musisi rock secara tak wajar. Sampai - sampai, dia menjiplak tuntas gaya hidup dan perilaku musisi tersebut, tanpa peduli yang dijiplak itu benar atau tidak, rasional atau tidak. Misalnya, dia meniru gaya rambut, gaya tato, aksesori, bahkan mungkin aksi nge-drug dan cabulnya juga ikut di jiplak. Ini jelas pengidolaan yang sangat berbahaya karena akhirnya menjerumuskan kita dalam dunia tanpa moral dan tanpa norma agama.
Ada lagi pengidolaan yang kelihatan bagus tapi tidak edukatif. Disebut bagus karena mengidolakannya tidak meniru hal - hal negatif, tetapi cara memujinya secara berlebihan dan di luar batas. Hal ini bisa menimbulkan sikap fanatik, "ngeyel", dan irasional. Atau bisa juga sebaliknya, pemujaan yang berlebihan tersebut justru menempatkan kita pada perasaan minder, perasaan kalah, dan merasa tak berarti apa - apa di depan sosok idola. Pengidolaan yang demikian ini menjadikan individu tidak kreatif, semakin bodoh, dan terpenjara dalam bayang - bayang kebesaran tokoh idola.
Sikap lebih akurat adalah kalau kita menjadikan idola itu sebagai pesaing kita. Walau kedengaran narsis, lebih baik kita jaga rasa percaya diri. Idola tetap idola, kelebihan dan kepiawaiannya tetap kita jadikan acuan, bahkan boleh kita lampaui. Tetapi kita harus yakin, idola belum tentu serba hebat dibanding kita. Seorang Taufik Hidayat adalah jago bulutangkis, namun dia belum tentu lebih pintar daripada kita di bidang olah vokal, nge-band, atau dibanding nilai - nilai pelajaran kita di sekolah.
Dengan cara pandang demikian, kita mengidolakan tetapi tetap terkontrol, tidak ngawur, tidak minder, malah bisa jadi kita lebih terpuji dibanding idola kita. Yang terpenting, jangan dudukkan idola sebagai dewa, tetapi jadikan dia sebagai pesaing kita, yang sewaktu - waktu bisa menang dan bisa kalah melawan kompetensi kita. Semakin tinggi kadar saing, semakin hati - hati pula kita memilih idola.

ORISINALITAS
Walau sebagai idola, bukan berarti semua kelebihannya kita tiru dan diterapkan sepenuhnya. Alangkah lebih bagus jika kita tetap mempertahankan karakter - karakter kita yang spesial, karena itulah yang jadi ciri pembeda antara kita dengan idola. Kita tentu tidak ingin disebut "ekor" dari seorang idola gara - gara kita menjiplak kehebatannya secara utuh. Kita harus malu disebut plagiat sejati.
Banyak memang orang terkenal punya idola. Tetapi mereka tetep menjaga orisinalitas diri demi kredibilitas. Banyak penyanyi kita yang memfavoritkan Celine Dion atau Whitney Houston, tetapi penyanyi kita tetap memegang nilai asli yang menjadikan penyanyi Indonesia tidak dicap pengekor Celine Dion atau Whitrey Houston.

NILAI PLUS
Hal tak kalah penting dalam menempatkan idola adalah mengapresiasi nilai lebih atau nilai plus dalam diri idola tersebut. Kita boleh memiliki idola lebih dari satu orang, tinggal kita sesuaikan berapa nilai plus yang kita butuhkan. Misal, Agnes Monica menjadi idola karena keistimewaannya mengolah vokal untuk ukuran penyanyi muda usia. Di sisi lain, kita membutuhkan rasa naturalis seperti yang ditampilkan penyanyi Opie Andaresta misalnya, maka sah - sah saja kalau kita mengidolakan dua penyanyi sekaligus, karena kebetulan kita membutuhkan nilai plus yang berbeda sifatnya.
Unsur nilai plus ini hendaknya bisa dijadikan cambuk agar kita dapat meniru, bahkan melebihi dari yang dimiliki oleh idola kita. Mari berpikir positif saja. Jangan menyerah sebelum mencoba. Manusia dihargai dari nilai plusnya, maka ayo kita cari contoh - contoh nilai plus dalam idola kita, lalu kita pelajari, kita tekuni. Siapa tahu, esok kemudian hari kita justru menjadi idola dengan gaya dan warna tersendiri.

Mengembangkan Kecerdasan Moral Anak

nilah salah satu tanggung jawab kita sebagai orang tua. Kalau tidak, si kecil akan sembarangan menyerap sistem nilai dari lingkungannya.
Bapak-Ibu mungkin pernah mendengar istilah kecerdasan moral. Bila dikaitkan dengan teori multiple intelligent -nya Gardner, sebenarnya kecerdasan moral sudah termasuk. Misal, dalam hal kemampuan interpersonal. Bukankah untuk bisa menjalin hubungan secara efektif, maka seseorang harus memiliki, antara lain tata krama pergaulan?
Dengan demikian, kecerdasan moral, bukan cuma perlu tapi malah wajib dikembangkan. Terlebih lagi, tingkah laku yang manis dan sopan atau sesuai aturan norma yang berlaku, tak akan muncul dengan sendirinya dari dalam diri anak, melainkan harus diajarkan. "Tak ada nilai yang terbentuk secara interen atau ada pada diri seseorang," ujar dra. Rostiana , Pembantu Dekan III Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta.


SEJAK KENAL LINGKUNGAN
Menurut Rostiana, setiap manusia dilahirkan dalam kondisi buruk sehingga harus disosialisasikan. Selain itu, manusia juga membutuhkan orang lain, tak bisa hidup sendiri. "Nah, dalam upaya memperoleh bantuan dari orang lain itulah, maka ada tata caranya, ada aturan-aturan agar setiap orang bisa mencapai tujuannya. Aturan ini secara budaya akhirnya dikenal sebagai norma," terangnya. Norma tersebut akan sampai kepada individu melalui 3 hal, yaitu sosialisasi, internalisasi, dan identifikasi. "Ketiga hal tersebut dimulai sejak dini, sejak anak mulai berinteraksi dengan lingkungan."
Bukankah sosialisasi terjadi saat anak mulai mengenal lingkungan di luar dirinya? Entah lingkungan di dalam maupun di luar rumah, "Tapi terutama lingkungan di dalam rumah, karena itulah dasarnya. Saat itulah basic trust terbentuk. Dari bayi sampai usia setahun, ia mulai belajar dirinya berharga atau tidak. Di sini ia mulai mengembangkan bagaimana caranya agar ia eksis di lingkungannya." Tentunya, untuk bisa eksis akan banyak tuntutan yang harus ia terima. Di antaranya, aturan, baik yang tertulis maupun tidak. Namun bagi anak, tak masalah apakah aturan itu tertulis atau tidak. Yang penting, apa yang sampai kepadanya. "Nah, proses sampai kepada dirinya itu dinamakan internasilisasi."
Selanjutnya, ia akan menyerap melalui proses imitasi dari orang-orang terdekatnya, yaitu figur-figur yang bermakna buatnya; entah ibunya, ayahnya, kakaknya, atau malah pengasuhnya. "Dari proses imitasi inilah muncul identifikasi; ia mencoba meniru apa yang dilakukan orang dewasa yang ia pilih dan mempunyai makna buatnya. Biasanya figur tersebut adalah orang tua atau kakak." Itulah mengapa, sejak anak mulai mengenal lingkungan, pembentukan norma atau moral menjadi sangat penting. Namun kendalanya, terang Rostiana, "cara berpikir anak masih sangat simpel karena ia masih dalam tahap berpikir praoperasional, yang segala-galanya harus konkret."
Ia pun belum bisa berpikir secara rasional sehingga imajinasi dan sesuatu yang nyata bercampur-aduk jadi satu. Makanya, ia masih sering berkhayal tapi merasa nyata. "Di sini tahap paling kritis bagi anak." Kecuali itu, pada masa prasekolah, "secara fisik, pembentukan otak mulai mantap tapi ia belum bisa menggunakan potensinya itu, masih dalam proses belajar, sehingga hanya secara fisik saja ia siap." Ibarat orang berjalan, ia masih timpang. Dengan demikian, ia masih sangat sensitif. Kalau ia tak bisa mencerna lingkungannya, ia akan jadi anak temper tantrum ; gampang mengamuk atau marah bila keinginannya tak dituruti. Tapi bila keinginannya dipenuhi, jadilah perilakunya itu sebagai perilaku yang benar, yang menjadi sistem nilainya.

KONSEP BOLEH TAK BOLEH
Nah, agar ia tahu aturan, kecerdasan moralnya harus dikembangkan. Tentu secara bertahap. Anjur Rostiana, mulailah dari konsep boleh-tak boleh, bukan dari konsep salah-benar karena anak belum mengerti apa itu salah dan benar. "Tapi kalau sesuatu boleh dan tak boleh dilakukan, akan lebih mudah diterima oleh konsep berpikirnya." Selanjutnya, bila ia dimarahi karena melakukan hal yang tak boleh, barulah ia tahu bahwa itu salah. Tapi jangan lupa, lo, aturannya harus jelas. Misal, "Kakak enggak boleh meludah sembarangan." Kalau ia tanya, "Kenapa, Ma?", jelaskan alasannya. "Dari sini orang tua bisa masuk pada konsep sopan dan tak sopan."
Dalam kultur Timur, konsep sopan dan tak sopan merupakan norma pertama, baru kemudian konsep benar dan salah. Namun begitu, "jangan langsung katakan bahwa ia tak sopan karena ia tak bisa langsung menangkap apa itu sopan." Jadi, penjelasannya harus secara konkret dulu. Misalnya, "Itu enggak boleh karena ludah mengandung kotoran." Kendati secara kultur bukan karena kotorannya yang penting, melainkan sopan dan tak sopan. Baru kemudian dilanjutkan, "Itu juga enggak sopan kalau Kakak meludah sembarangan."
Dengan demikian, ia akhirnya akan mengkaitkan yang baik dan sopan itu kalau enggak meludah sembarangan. "Nah, hal ini konkret buat anak." Contoh lain, "Kakak enggak boleh lewat begitu saja di depan orang tua. Itu enggak baik. Yang baik itu kalau lewat di depan orang tua, jalannya dengan menunduk. Itu yang sopan." Ia akan mengkaitkan bahwa yang baik dan sopan itu kalau lewat di depan orang tua dengan menunduk.
Jadi, Bu-Pak, jangan cuma asal melarang tapi juga menjelaskan kenapa enggak boleh dan kenapa boleh, agar anak tak bingung. Disamping, ia menyerap konsep boleh dan tak boleh untuk dikembangkan pada konsep benar dan salah. "Nah, kita, kan, hendak membenahi sistem nilai yang salah, jadi ia perlu memperoleh kejelasan supaya tahu persis kenapa boleh dan kenapa tak boleh sehingga ia lebih menyerap," tutur Rostiana.
Contoh lain lagi, saat bertamu. Terangkan dengan jelas, "Kakak tak boleh berlarian ke sana ke mari. Itu enggak baik dan enggak sopan dilakukan di rumah orang." Terangkan pula apa yang boleh, misalnya, "Yang boleh dilakukan kalau ke rumah orang adalah duduk. Jika dikasih minum, bilang terima kasih. Kalau Kakak mau minum, bilang permisi dulu. Itu namanya sopan."
Dengan demikian, konsep sopan santun dan boleh-tak boleh ini akan mudah terserap olehnya. Tentu memberi tahunya sebelum berangkat bertamu, menjelang situasi yang akan ia jumpai. "Jangan terlalu awal memberi tahunya, misal, beberapa minggu sebelumnya. Ia akan cepat lupa. Tapi kalau sesaat sebelum pergi, ia akan mudah mengingatnya." Yang jelas, konsep norma harus terus-menerus diberikan kepada anak, sehingga semakin hari semakin banyak konsep norma yang tertanam dalam dirinya.

KONSEP BENAR SALAH
Selanjutnya, bila ia melanggar hal yang tak boleh, harus ada konsekuensinya berupa punishment . Sebaliknya, bila ia patuh, berilah reward . Nah, dari sini ia akan belajar tentang konsep benar-salah. Bukankah dengan mendapat konsekuensi, ia jadi tahu bahwa sesuatu itu salah atau benar?
Kalau ia mendapat pujian karena tingkah lakunya, berarti apa yang dilakukannya itu benar. Tapi kalau tingkah lakunya itu mendapatkan punish, berarti ia salah. Tentu perihal salah-tidaknya perilaku si anak harus diberi tahu orang tua. Misalnya, selama bertamu ia duduk dengan manis dan sopan, ia pun permisi dulu saat hendak main. Nah, sepulang bertamu, kita harus menjelaskan, "Tadi perilaku Kakak itu benar. Mama bangga karenanya. Nanti kalau bertamu lagi ke rumah orang lain harus seperti itu, ya."
Dengan demikian, ia mendapat masukan langsung, apa itu yang benar dan salah. Kita pun bisa mengkaitkan konsep benar-salah dengan konsep kejujuran, keadilan, persaudaraan, dan menghormati orang lain. "Tinggal orang tua mau menanamkan konsep mana yang utama untuk anaknya," ujar Rostiana. Jadi, bila Ibu-Bapak ingin si kecil punya prinsip yang kuat, menghargai kejujuran, keadilan, dan menghargai orang lain, maka itulah yang harus terus-menerus secara konsisten ditanamkan kepadanya.

NILAI NETRAL
Penanaman nilai-nilai moral, tutur Rostiana, akan lebih mudah terserap oleh anak bila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. "Sampai nanti ia berusia 10 tahun, apa yang kita sampaikan akan membentuk sistem nilai tersendiri. Selanjutnya, sistem nilai ini akan membentuk dalam dirinya hingga ia besar nanti."
Dengan demikian, bila orang tua tak mengajarkan nilai-nilai, anak akan menyerap sembarangan sistem nilai yang ia dapat dari lingkungannya, sehingga sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya juga enggak kuat. Padahal, ada sistem nilai yang sangat sentral dalam diri seseorang dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Di antaranya, kejujuran.
"Jika nilai itu terus-menerus ditanamkan, akan membentuk sistem nilai yang sentral. Walau ada uang menggeletak di mana pun, kalau ia mau menggunakannya maka ia akan minta izin dulu. Sekalipun uang itu tergeletak di lantai, misalnya." Tapi jangan langsung mengkaitkan nilai kejujuran dengan konsep agama, ya, Bu-Pak. Misal, mencuri itu berdosa. "Ia belum bisa menangkap karena ia tak mengerti apa itu dosa. Lebih baik dikaitkan dengan untung-ruginya bagi orang lain."
Misal, "Coba kalau Kakak punya uang Rp. 500 yang ingin sekali Kakak pakai untuk beli susu kedelai, tapi tiba-tiba uang itu dicuri orang. Nah, bagaimana perasaan Kakak ? Wah, berat juga, ya, Bu-Pak, tugas kita dalam mengembangkan kecerdasan moral anak.  

BELAJAR DARI TV
Anak biasanya suka sekali nonton TV. Kita bisa memanfaatkan media ini untuk menerangkan pesan moral yang tertangkap dari tayangan yang ditonton anak. Itulah mengapa, para ahli selalu menganjurkan orang tua agar mendampingi anak selagi menonton TV. "Jadi, bukan hanya sekadar duduk menonton, tapi juga membahas apa yang ingin disampaikan dari tayangan tersebut," ujar Rostiana. Kala menonton berita kekerasan, misalnya, "orang tua bisa mengatakan bahwa perbuatan itu sadis dan terangkan apa itu perilaku sadis yang dikaitkan dengan sistem moralnya." Misal, "Sadis itu perilaku yang salah karena merugikan orang lain." Bila dari sosialnya sudah ketangkap oleh anak, selanjutnya kaitkan dengan nilai agamanya. Misal, "Oleh karena itu agama melarang perbuatan sadis." Dengan demikian, ia tahu bahwa agama mempunyai posisi yang lebih tinggi. Sarana lain yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan kecerdasan moral anak ialah bacaan, film, maupun situasi yang dijumpai kala jalan-jalan.

WASPADAI PENGARUH BURUK LINGKUNGAN HETEROGEN
 Menurut Rostiana , akan lebih mudah bila kita tinggal di lingkungan homogen ketimbang heterogen. Soalnya, di lingkungan homogen semisal kompleks perumahan, karakteristik orangnya juga cenderung homogen, sehingga akan lebih mudah bagi kontrol moral anak. "Sesama orang tua di lingkungan tersebut akan saling mengingatkan bila ada anak yang menunjukkan perilaku tak sopan atau salah."
Dengan demikian, ajaran yang diterima anak dari lingkungannya akan sama dengan ajaran yang diterima dari rumah. Tak demikian halnya di lingkungan heterogen, apa yang diajarkan lingkungan akan berbeda dengan yang diterima anak dari rumah. "Orang tua juga akan sulit mendeteksi dari mana perilaku tersebut diperoleh anak." Nah, agar si kecil terhindar dari pengaruh buruk lingkungan heterogen, Ibu-Bapak harus lebih sering berkomunikasi dengannya. "Kita, kan, enggak bisa mengontrol lingkungan. Jadi, anak kitalah yang kita kontrol. Caranya, ya, dengan komunikasi."
Jika ia sampai terpengaruh, misal, omong kasar/jorok atau duduk di atas meja, berarti kita harus kembali menjelaskan kepadanya, "bahwa tak semua hal yang ada di lingkungan itu baik." Terangkan dengan bahasa sederhana, misal, "Orang-orang itu enggak sama dengan Papa-Mama. Apa yang mereka lakukan itu sebenarnya enggak baik, tapi mereka enggak kasih tahu karena mereka sendiri enggak tahu bahwa itu sebenarnya salah."

KEJUJURAN DARI RUMAH
 Bila ingin si kecil jujur, mulailah dari rumah. Ibu-Bapak harus mengusahakan untuk berperilaku yang bisa ditangkap anak sebagai suatu kejujuran. Misal, Ibu atau Bapak capek pulang kerja dan tak mau menerima telepon. Jangan minta anak untuk berbohong dengan mengatakan Ibu/Bapak sedang pergi atau belum pulang, tapi katakan, "Hari ini Ibu capek sekali dan ingin istirahat. Nanti kalau ada telepon, bilang Ibu lagi istirahat, ya."
Alasan tersebut jelas dan tak mengada-ada karena Ibu/Bapak memang capek dan butuh istirahat. "Tapi harus benar-benar istirahat, lo, bukan malah pergi berjalan-jalan, misalnya," ujar Rostiana . Bila demikian, berarti sudah berbohong. Itulah mengapa, penting bagi orang tua untuk menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan kepada anak.

AJARKAN NILAI YANG SAMA PADA PENGASUH
 Supaya yang kita ajarkan kepada anak tak meleset terlalu jauh, saran Rostiana , sebaiknya kita juga mengajarkan nilai-nilai yang sama kepada pembantu atau pengasuh anak. Terlebih pada ibu-ibu bekerja yang sebagian besar waktu anaknya dihabiskan bersama si pengasuh, sehingga nilai-nilai moral si pengasuh pun akan terserap oleh anak. "Itulah pentingnya kita mencari pembantu ataupun pengasuh anak yang mempunyai konsep nilai sepaham dengan kita. Paling tidak, kita ajarkan agar sama."
Nova