Sakit gigi merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat di tahan oleh dewasa, orang tua, maupun anak-anak. Banyak orang tidak mengetahui bahayanya penyakit gigi terhadap diri kita sendiri.
Tanggal 27 February tahun lalu,ada berita di Washington Post bahwa seorang anak berusia 12 tahun meninggal gara2 salah satu giginya abscess (bernanah). Rupanya anak ini (namanya Deamonte Driver ) berasal dari keluarga miskin, mereka tinggal didaerah Maryland ,(MD) USA. Orang tua Deamonte tidak mempunyai medical & dental insurance, jadi persoalan giginya didiamkan saja dengan harapan tidak akan terjadi apa2. Tetapi ternyata timbul komplikasi, dimana kuman2 dari giginya yang abscess telah menjalar ke otak sehingga menyebabkan brain abscess (odontogenic in origin). Deamonte merasakan sakit di kepala yang sangat hebat sehingga terpaksa dirush kehospital dan dilakukan emergency brain surgery.
Dia dirawat selama 6 minggu dirumah sakit, menelan biaya lebih dari $250,000 US (biaya ini terpaksa ditanggung pemerintah), menjalani 2 kali operasi otak dan giginya yang abscess dicabut tetapi akhirnya dia meninggal dunia. Kalau saja orang tua Deamonte tahu akan bahayanya penyakit gigi tentu dia sekarang masih hidup. Saya percaya kasus seperti ini tentu terjadi juga dinegara lain, termasuk Indonesia hanya saja tidak diberitakan oleh media.
Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi pada orang dewasa adalah Periodontal Disease/Periodontitis (di Amrik disebut juga gum disease). Periodontitis adalah peradangan dari jaringan periodontium. Periodontium
terdiri dari 4 bagian :
1.Gum/ gusi
2.Alveolar bone/ tulang alveolar
3.Cementum/ lapisan luar dari akar gigi
4.Periodontal Ligament/serat2 yang memegang gigi ketulang alveolar.
The World Health Organization (WHO) melaporkan kira2 15 % dari adults diseluruh dunia mengidap advanced periodontal disease.
Di Amerika sekitar 30-50 % dari adults diatas 30 tahun menderita penyakit ini.
Periodontal Disease disebabkan oleh bakteri yang melekat pada permukaan gigi (dental plaque) dan enzym yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai imunne response terhadap serangan bakteri. Dari riset2 belakangan ini ternyata enzym ini malah merusak jaringan periodontium, sehingga terjadi periodontal pocket (celah2 diantara gusi dan gigi). Para ahli berusaha mencari jalan untuk mencegah aktivitas enzym yang merusak ini. Dan sekarang sudah ditemukan obat yang dapat mengurangi aktivitas enzym ini. Nama obatnya " Periostat ", it is the first medication that works by reducing the activity of the enzymes that destroy periodontium. Periostat (20 mg, twice a day) banyak digunakan untuk Advanced Periodontal Disease.
Tanda2nya anda terkena penyakit gusi/Periodontal Disease :
* gusi berwarna merah (not pink) & mudah berdarah selagi sikat gigi ,dental floss/benang gigi atau
menggigit makanan yang keras.
* gusi bengkak.
* bau mulut yang aduhai (bad breath).
* gusi menyusut (gingival recession) sehingga gigi kelihatan panjang2.
* deep pockets ( Celah2 diantara gusi dan gigi ) 4-10 mm /more.
* gigi goyang.
Pencegahan untuk penyakit gusi :
* gosok gigi yang benar, paling sedikit 2x sehari.
* flossing dengan benang gigi/ dental floss sekali sehari.
* kumur2 dengan anti bakteri mouthwash, seperti Listerine atau Chlorhexidine Gluconate 0,12 % ( Peridex )
* regular dental check ups & cleaning oleh dokter gigi / hygienist.
Sejumlah riset belakangan ini mengatakan adanya hubungan antara penyakit gigi dengan diabetes , penyakit jantung koroner & stroke. Professor Howard Jenkins dari University Of Bristol in England mengatakan ada lebih dari 700 jenis bakteri didalam mulut manusia. Kebanyakan dari bakteri ini memang tidak berbahaya , namun ada beberapa diantaranya yang dapat menimbulkan penyakit pada pembuluh darah dimana bakteri yang berbahaya menempel pada platelet sehingga menyebabkan penggumpalan didalam blood vessel.
Kalau penggumpalan darah ini terjadi didaerah otak maka akan mengakibatkan stroke, apabila terjadi di jantung akan menyebabkan heart attack. The WHO believes that oral health is essential to quality of life and affects general health, particularly chronic inflammatory conditions such as diabetes, cardiovascular or cerebrovascular disease.