Bromo dan Mitologi Rakyat Ngadas


"Mbeledos ora opo-opo, sing penting nyambut gawe, sesuk langsung gawe sesajen" (Meletus tidak apa-apa, yang terpenting tetap bekerja, setelah itu kita membuat sesaji).

Ucapan itu muncul dari Nurjono (35), seorang warga Desa Ngadas RT7, RW1 Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yakni satu dari sekian desa yang menjadi perhatian serius terkait meningkatnya status Gunung Bromo (2.329 mdpl) dari "Waspada" ke "Siaga" terus "Awas" atau level IV

Menurut budayawan asal Malang, Prof Henry Supriyanto, ungkapan warga tersebut adalah sebuah mitos yang masih tertanam di sekitar warga lereng Bromo, khususnya di perbatasan Gunung Bromo dengan Kabupaten Malang.

"Mitos keturunan Joko Seger dan istrinya Loro Anteng yang merupakan keturunan dewa-dewa itu masih dipegang erat oleh warga Desa Ngadas," paparnya.

Henry menceritakan, kuatnya hubungan antara Gunung Bromo dengan warga Desa Ngadas tak lepas dari upaya Joko Seger yang pernah mengorbankan putra bungsunya atau putra ke 25 (Kusuma) untuk sesaji Gunung Bromo.

Sehingga, warga yakin dengan sesaji yang dilakukan Joko Seger, Gunung Bromo tidak akan meletus, dan apabila ada letusan warga meyakini tidak akan mengarah ke desanya.

"Mitos itu hingga kini masih dipegang masyarakat Desa Ngadas, dan tidak akan terpengaruh dengan meningkatnya aktivitas Gunung Bromo," kata Henry yang juga guru besar Sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.

Seusai mengorbankan anak bungsunya, Joko Seger lantas meminta kepada warga agar apabila mempunyai "hajatan" atau perayaan, supaya tidak "menanggap" (menampilkan) wayang kulit, melainkan wayang topeng, wayang panji atau ludruk, hal ini untuk menghormati "Sang Bethoro Bromo" (Dewa Bromo).

Henry mengatakan, peningkatan status gunung api tersebut dianggap warga sebagai peringatan bagi seluruh manusia di bumi agar tidak membuat kerusakan. Meski demikian, Henry tetap meyakini, warga Ngadas tidak akan pindah sebab kuatnya memegang mitos tersebut.

Kuatnya warga dalam memegang mitos tersebut, dibenarkan oleh Kepala Desa Ngadas, Kartono.

Ketika ditemui di Balai Desa Ngadas, Kartono mengatakan, hingga saat ini warganya yang berjumlah 1.781 jiwa tersebut, masih lebih percaya dengan keyakinannya sendiri daripada info yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Hal ini terlihat dari aktivitas warga yang tetap menjalani kesehariannya seperti biasa, dan tidak ada "keanehan" terkait adanya info peningkatan status.

"Warga selalu berharap kabar baik dari Gunung Bromo, dan tidak pernah berpikir aneh-aneh. Oleh karena itu, meski badan vulkanologi menyebutkan status desanya cukup rawan terkena abu vulkanik, namun warga tetap menanggapinya dengan biasa," papar Kartono.

Ia menjelaskan, peningkatan aktivitas Gunung Bromo yang berakibat munculnya abu vulkanik tersebut merupakan hal yang biasa bagi warga Ngadas, sebab peristiwa itu tidak hanya sekali dialami warga.

"Hingga saat ini warga lebih memilih tetap tinggal di desa, meski status tersebut dinilai PVMBG membahayakan, sebab kejadian ini sudah terbiasa dialami oleh warga," tuturnya.

Turis Turun


Sementara itu, info yang bersumber dari PVMBG terkait meningkatnya status Bromo tersebut, dinilai warga sangat merugikan, karena sejumlah wisatawan lokal maupun asing tidak mau lewat desa tersebut untuk menuju Bromo, karena desa itu sudah dinilai "berbahaya".

Akibatnya, penghasilan sejumlah warga yang selama ini didapat dari adanya kunjungan wisatawan, menurun drastis.

Wahyudi, salah seorang penjual bakso yang biasa "mangkal" di "rest area" (tempat peristirahatan wisatawan) mengatakan, sudah dua minggu ini penghasilan menjual bakso menurun drastis dari Rp350 perhari menjadi Rp175 perhari.

Ia menjelaskan, pada hari biasa dirinya cukup mangkal di "rest area" dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dan baksonya sudah habis. Namun, setelah pemberitahuan peningkatan status tersebut, baksonya selalu tersisa, dan mangkalnya hingga jam 16.00 WIB.

Warga lain, Harjo mengatakan, adanya kabar peningkatan status tersebut, membuat desanya semakin sepi dan jarang sekali dikunjungi oleh wisatawan.

"Wisatawan sampai saat ini tidak mau datang lagi untuk melihat Bromo dari perbatasan Kabupaten Malang, padahal hingga saat ini kondisinya tidak ada masalah, dan abu yang katanya mengarah ke Ngadas itu juga tidak kelihatan," ujarnya.

Meski demikian, Kepala Desa Ngadas, Kartono tetap menyiapkan jalur evakuasi. "Jalur evakuasi ini sebagai antisipasi apabila terjadi apa-apa untuk memenuhi prosedur keselamatan warga," katanya.

Saat ini, jalur evakuasi tersebut telah diberi tanda khusus dan mengarah sekitar 12 kilometer dari Desa Ngadas.

Tempatnya yakni berada di Desa Gubug Klahak dan Wringin Anom yang merupakan tempat paling aman dari erupsi Gunung Bromo. "Tempat untuk evakuasi dari Gunung Bromo yakni berjarak 22 kilometer dari pusat abu Bromo," katanya.

Berdasarkan laporan terakhir yang diterima Kartono, abu vulkanik Bromo tersebut hanya melewati hutan yang berada di samping Desa Jarak Ijo atau mengarah ke Desa Losari.

Sehingga, tidak sampai ke pemukiman warga. "Alhamdulillah masih aman, dan saya minta doanya agar Desa Ngadas tetap aman dari bahaya erupsi Bromo," ucapnya.

Desa Ngadas merupakan kawasan Kabupaten Malang yang terdekat dengan lokasi Gunung Bromo, jaraknya dari pusat vulkanik Abu Bromo yakni sekitar 15 kilometer.

Desa Ngadas terdiri dari dua dusun, yakni Dusun Ngadas dan Dusun Jarak Ijo, dengan presentase penganut agama Islam 30 persen, Hindu 30 persen serta Budha 30 persen.
antaranews.com

Facebook Pecundangi Google, Yahoo, dan Microsoft

Selain populer sebagai jejaring sosial, Facebook kini juga menjadi situs favorit para pengiklan. Sebuah riset yang dilakukan oleh ComScore menyebutkan, pada kuartal ketiga 2010 ini, satu dari empat tampilan gambar iklan online di Amerika Serikat terpampang di situs Facebook.

Pada kuartal itu, Facebook memiliki porsi 'kue' sebesar 23,1 persen iklan online, meningkat tajam dari kuartal sebelumnya 17,7 persen. Setelah Facebook, di posisi berikutnya ada Yahoo yang menjadi pesaing ketatnya yang mendapat porsi 11 persen.


Yang menarik, para analis di ComScore menyebutkan bahwa daya tarik Facebook dalam memikat para pengiklan ini bahkan belum tertandingi andaikata empat situs besar Yahoo, Microsoft Corp, News Corp's Fox Interactive Media dan Google digabungkan. Demikian detikINET kutip dari Reuters, Rabu (10/11/2010).

Pertumbuhan jumlah pengguna Facebook yang kian pesat dikatakan analis ComScore Andrew Lipsman merupakan salah satu faktor yang meningkatkan perolehan Facebook di ranah iklan online. Selain itu, jumlah waktu yang dihabiskan para pengguna internet untuk mengakses Facebook juga terus meningkat.

"Semakin banyak orang yang mengakses sebuah situs, semakin bernilai situs tersebut di mata para pengiklan," ucap Lipsman.
Dalam catatan ComScore, rata-rata waktu yang dihabiskan pengguna internet untuk mengakses Facebook selama kuartal ketiga tahun ini adalah lima jam per bulan. Meningkat dari kuartal yang sama di tahun lalu yang hanya tiga jam per bulan.

Jumo, Jejaring Sosial Para Aktivis

Jumo, situs jejaring sosial yang disebut-sebut untuk para aktivis, diluncurkan dalam versi beta pada hari Selasa.

Jejaring sosial tu dibentuk oleh Chris Hughes, salah seorang pendiri Facebook dan ahli media sosial yang berperan pada kampanye kepresidenan Barack Obama tahun 2008.

Layanan tersebut bertujuan untuk membantu orang yang mencari isu-isu tertentu bersama teman-teman mereka. Jumo memberi mereka berita dan updates serta nantinya membantu kerja para anggotanya.

Jumo, lembaga non-profit, adalah contoh terbaru usaha di industri internet yang ingin  menghadirkan energi  dan inovasi dengan tujuan filantropi.

Untuk bergabung dengan Jumo kita harus terhubung dengan akun Facebook dan kita akan ditanya untuk memberi pilihan pada berbagai isu, mulai dari seni dan budaya hingga pendidikan, kesehatan, hingga hak azasi manusia. Selanjutnya Jumo memeringkat mereka sesuai tingkat minat kita.


Setelah set up selesai, inti dari layanan adalah "Top News" seperti Facebook yang berisi kegiatan terbaru dari isu dan amal  yang anda ikuti.

Berbagai item di aliran berita akan relevan dengan minat Anda dan membantu Anda tetap update lewat isu-isu, amal-amal, dan orang-orang dekat anda.

Jumo memiliki antarmuka, tapi Sid Yadav dari VentureBeat menemukan hal yang aneh tentang jaringan sosial tersebut. Dia menilai Jumo ironis karena tak banyak punya fitur sosial.

Sebagai contoh, meskipun akun terhubung ke Facebook, kita tidak tahu teman yang bisa dijumpai di Jumo, tidak tahu orang lain yang pantas diikuti, atau untuk mengundang orang lain. Kita terpaksa mencari teman dari daftar  di Facebook dulu jika ingin mengikuti profil mereka.

"Kami bukan mencoba membangun platform sumbangan. Kami benar-benar berfokus membangun jaringan sosial, tempat  Anda dapat menemukan berbagai proyek menarik dan isu-isu serta terhubung secara langgeng, "kata Hughes.

Jumo berbeda dengan Causes, aplikasi sejenis yang dimulai oleh Sean Parker dan Joe Green, dua pengusaha yang juga  lingkaran pendiri Facebook. Causes telah mencapai 119 juta pengguna selama empat tahun keberadaannya. Causes memiliki fokus pada penggalangan dana, dengan feature terkenalnya yaitu tombol "Donate Now" .

Jumo berbasis di New York dan telah mengumpulkan 3,5 juta dolar Amerika dari pendiri eBay Pierre Omidyar, Yayasan Knight, dan individu.

antaranews.com

Idola Adalah Pesaing Kita

Melihat perilaku remaja belakangan ini - di kota maupun daerah - tampak nyata bahwa mereka adalah kelompok yang memiliki karakter spesial. Cara mereka dandan, bersikap, komunikasi, bahkan gaya hidup, sebagian besar remaja seperti tak jauh dari tipikal idola yang memenuhi obsesi mereka. Masalahnya, perilaku remaja yang cenderung "mbebekisme" ini aman atau tidak bagi eksistensinya? Bagaimana pula seharusnya remaja menempatkan idola ini dalam kerangka obsesinya?
Secara umum, idola sering dikenal sebagai sosok yang dikagumi, yang dianggap hebat, yang dalam skala tertentu bisa "memperkosa" inspirasi seseorang untuk menjadi sama dengan tokoh yang diidolakan. Seorang remaja misalnya, dia mengidolakan Harry Potter, karena menganggap tokoh Harry Potter sebagai hero pembasmi kejahatan dengan cara magisnya yang unik. Dia terkagum - kagum, dia terpaku dengan sosok Harry Potter, yang pada ujung - ujungnya bisa jadi dia meniru Harry Potter lengkap dengan gaya dan atributnya.
Dalam kasus lain, seorang remaja SMA begitu tergila - gila dengan Krisdayanti, Sammy Kerispatih, Ariel Peterpan, atau Anjie Drive. Kegilaan itu merambah ke segenap darahnya sampai si remaja memosisikan diri untuk mengikuti apapun yang dilakukan bintang - bintang tersebut. Lalu, apa yang terjadi ? Tentu bisa ditebak, remaja tersebut sedang berada di tepi jurang, dia akan jatuh hancur atau dia tersadar menepi dan selamat. Sebab, sebenarnya tokoh - tokoh yang diidolakan tersebut punya dua sisi - positif dan negatif - yang jika ditelan mentah - mentah, maka remaja tadi mungkin bernasib lebih buruk dan menyedihkan.
Menengok dua kasus di atas, ada beberapa hal yang dapat dikupas lebih dalam lagi. Pertama, idola bisa berupa tokoh fiktif dan juga tokoh riil. Idola fiktif cenderung lebih tinggi kredibilitasnya karena dia selalu tampil dengan format yang positif dan "safety". Sehingga idola fiktif ini cenderung tidak meracuni perilaku para penggandrungnya. Dengan kata lain, "mbebek" pada idola fikif jauh lebih aman sifatnya dibanding idola riil.
Dalam idola riil, citra tokoh tidak bisa direkayasa menjadi tokoh serba benar dan serba bersih. Idola riil kadang harus terpuruk pada tindak amoral, mesum, bahkan menjurus kriminal. Di sinilah letak bahayanya, sehingga pengidolaan tokoh riil lebih membutuhkan pemikiran "njlimet" untuk menyikapinya. Sebab, kecerobohan sedikit saja pengidolaan itu, akibatnya bisa fatal dan memalukan bagi eksistensi diri sendiri.
Kedua, idola bisa menembus batas ruang dan waktu tanpa memedulikan siapa dan di mana keberadaannya. Artinya idola bisa muncul pada tokoh masa lalu, tokoh di luar daerah kita, atau tokoh yang kurang terkenal sekalipun. Idola bisa tumbuh pada orang yang dekat dengan kita, seperti ayah, ibu, kakak, pacar, atau guru kita.
Nilai lebih dari idola dekat seperti ini adalah bahwa kita bisa merasakan langsung kehebatan - kehebatan sang idola tanpa media perantara. Misalnya, kita bisa belajar, bisa meminta saran, menimba ilmu dan pengalamannya secara langsung, sehingga kita lebih tegas dan jelas dalam proses penyerapannya.
Mengidolakan orang dekat seperti ini memang lebih bersifat humanistik, sebab kita bisa memahami nilai - nilai manusia secara utuh; tidak terpenggal-penggal seperti dalam berita media atau dalam cerita yang tidak jelas sumber kebenarannya.

KADAR SAING
Menempatkan idola dalam obsesi kita harus benar - benar akurat dan tidak terpicu oleh emosi semata. Sering terlihat seorang remaja mengidolakan musisi rock secara tak wajar. Sampai - sampai, dia menjiplak tuntas gaya hidup dan perilaku musisi tersebut, tanpa peduli yang dijiplak itu benar atau tidak, rasional atau tidak. Misalnya, dia meniru gaya rambut, gaya tato, aksesori, bahkan mungkin aksi nge-drug dan cabulnya juga ikut di jiplak. Ini jelas pengidolaan yang sangat berbahaya karena akhirnya menjerumuskan kita dalam dunia tanpa moral dan tanpa norma agama.
Ada lagi pengidolaan yang kelihatan bagus tapi tidak edukatif. Disebut bagus karena mengidolakannya tidak meniru hal - hal negatif, tetapi cara memujinya secara berlebihan dan di luar batas. Hal ini bisa menimbulkan sikap fanatik, "ngeyel", dan irasional. Atau bisa juga sebaliknya, pemujaan yang berlebihan tersebut justru menempatkan kita pada perasaan minder, perasaan kalah, dan merasa tak berarti apa - apa di depan sosok idola. Pengidolaan yang demikian ini menjadikan individu tidak kreatif, semakin bodoh, dan terpenjara dalam bayang - bayang kebesaran tokoh idola.
Sikap lebih akurat adalah kalau kita menjadikan idola itu sebagai pesaing kita. Walau kedengaran narsis, lebih baik kita jaga rasa percaya diri. Idola tetap idola, kelebihan dan kepiawaiannya tetap kita jadikan acuan, bahkan boleh kita lampaui. Tetapi kita harus yakin, idola belum tentu serba hebat dibanding kita. Seorang Taufik Hidayat adalah jago bulutangkis, namun dia belum tentu lebih pintar daripada kita di bidang olah vokal, nge-band, atau dibanding nilai - nilai pelajaran kita di sekolah.
Dengan cara pandang demikian, kita mengidolakan tetapi tetap terkontrol, tidak ngawur, tidak minder, malah bisa jadi kita lebih terpuji dibanding idola kita. Yang terpenting, jangan dudukkan idola sebagai dewa, tetapi jadikan dia sebagai pesaing kita, yang sewaktu - waktu bisa menang dan bisa kalah melawan kompetensi kita. Semakin tinggi kadar saing, semakin hati - hati pula kita memilih idola.

ORISINALITAS
Walau sebagai idola, bukan berarti semua kelebihannya kita tiru dan diterapkan sepenuhnya. Alangkah lebih bagus jika kita tetap mempertahankan karakter - karakter kita yang spesial, karena itulah yang jadi ciri pembeda antara kita dengan idola. Kita tentu tidak ingin disebut "ekor" dari seorang idola gara - gara kita menjiplak kehebatannya secara utuh. Kita harus malu disebut plagiat sejati.
Banyak memang orang terkenal punya idola. Tetapi mereka tetep menjaga orisinalitas diri demi kredibilitas. Banyak penyanyi kita yang memfavoritkan Celine Dion atau Whitney Houston, tetapi penyanyi kita tetap memegang nilai asli yang menjadikan penyanyi Indonesia tidak dicap pengekor Celine Dion atau Whitrey Houston.

NILAI PLUS
Hal tak kalah penting dalam menempatkan idola adalah mengapresiasi nilai lebih atau nilai plus dalam diri idola tersebut. Kita boleh memiliki idola lebih dari satu orang, tinggal kita sesuaikan berapa nilai plus yang kita butuhkan. Misal, Agnes Monica menjadi idola karena keistimewaannya mengolah vokal untuk ukuran penyanyi muda usia. Di sisi lain, kita membutuhkan rasa naturalis seperti yang ditampilkan penyanyi Opie Andaresta misalnya, maka sah - sah saja kalau kita mengidolakan dua penyanyi sekaligus, karena kebetulan kita membutuhkan nilai plus yang berbeda sifatnya.
Unsur nilai plus ini hendaknya bisa dijadikan cambuk agar kita dapat meniru, bahkan melebihi dari yang dimiliki oleh idola kita. Mari berpikir positif saja. Jangan menyerah sebelum mencoba. Manusia dihargai dari nilai plusnya, maka ayo kita cari contoh - contoh nilai plus dalam idola kita, lalu kita pelajari, kita tekuni. Siapa tahu, esok kemudian hari kita justru menjadi idola dengan gaya dan warna tersendiri.