10 Hal Yang Tak Terbeli Dengan Uang

Uang, siapun butuh uang. Orang Dewasa, Remaja bahkan anak – anak kecil sekalipun kenal dengan benda yang namanya uang. Memang uang penting dalam kehidupan, tanpa alat tukar ini kita tidak mukin bisa memenuhi kebutuhan hidup. Uang membuat sebagian orang bisa melakukan banyak hal daripada orang yang tidak memilikinya. Tetapi seberapapun pentingnya uang, masih ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.

1. Waktu
Uang tidak akan bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Setelah hari berganti, maka waktu 24jam tersebut akan hilang dan tidak akan mukin akan kembali lagi. Karena itu gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menytakan perhatian dan kasih sayang anda kepada orang yang sangat anda sayang dan anda cintai, sebelum waktu itu berlalu dan anda menyesalinya.
  
2. Kebahagiaan
Memang kedengarannya aneh, Tetapi inilah kenyataannya. Uang memang bisa membuat anda merasa senang karena anda bisa membiayai liburan mewah, memberi laptop dengan fasilitas yang sangat modern, atau modifikasi mobil balap. Tapi uang tidak bisa menghadirkan secercah kebahagiaan dari dalam lubuk hati kita.

3. Kebahagiaan Anak
Untuk membelikan makan dan pakaian yang bagus – bagus untuk anak tercinta memang membutuhkan uang. Tapi anda tidak bisa menggunakan uang untuk memberi rasa aman, tanggung jawab, sikap yang baik serta kepandaian pada anak anda. Hal ini merupakan buah dari waktu dan perhatian yang anda curahkan untuk mereka dan hal – hal baik yang anda ajarkan. Uang memang membantu kita memenuhi aspek pengasuhan, tapi waktu telah membuktikan bahwa kebutuhan dasar tiap anak adalah berapa banyak waktu yang diberikan orangtuanya, bukan orangnya.

4. Cinta
Cinta tidak bisa dibeli dengan uang, akuilah hal ini benar. Memang dengan uang kita bisa membuat orang tertarik, tapi cinta berasal dari rasa saling menghargai, perhatian, berbagi pengalaman dan kesempatan untuk berkembang bersama. Itu sebabnya banyak pasangan yang menikah karena uang, tak bertahan lama.

5. Penerimaan / Persahabatan
Untuk diterima oleh lingkungan pergaulan, Anda tak butuh uang. Bila Anda ingin diterima, fokuskan energi Anda untuk membuat diri Anda berharga bagi lingkungan sekitar dengan menjadi teman dalam suka dan duka.

6. Kesehatan
Kita butuh uang untuk mengongkosi biaya perawatan dan membeli obat, tapi uang tak bisa menggantikan kesehatan yang hilang. Itu sebabnya pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati sebaiknya kita terapkan. Mulailah berolahraga, berhenti merokok, dan banyak hal lain yang pasti sudah Anda tahu.

7. Kesuksesan
 Beberapa orang memang ada yang mencapai kesuksesan dengan menyuap, tapi ini adalah pengecualian. Kesuksesan hanya berasal dari kerja keras, kemauan, dan sedikit kemujuran. Ada aspek kecil dari usaha menuju sukses yang bisa didapatkan dengan uang, misalnya mengikuti pelatihan atau membeli peralatan, tapi sukses lebih banyak berasal dari usaha yang Anda lakukan sendiri.

8. Bakat
Kita dilahirkan dengan bakat tertentu. Dengan uang, yang bisa kita lakukan adalah mengasah bakat tersebut, misalnya belajar musik. Namun para ahli mengatakan, untuk menjadi ahli di bidangnya, kita membutuhkan bakat.

9. Sikap yang baik
Banyak orang yang kaya raya tapi sikapnya kasar dan ucapannya sinis. Tak sedikit orang sederhana yang tutur katanya sopan dan menunjukkan rasa hormat pada orang lain. Jadi, jumlah uang yang dimiliki bukan penentu sikap atau manner seseorang.

10. Kedamaian
Bila uang bisa membeli kedamaian, barangkali kita tak lagi mendengar tentang perang. Justru yang sering terjadi sebaliknya, uang lah yang menjadi sumber pertikaian dan permusuhan.   

Mitos dan Fakta tentang Kesuburan

Mitos: Bercinta setiap hari menurunkan kualitas sperma.
Fakta: Jika pasangan ingin mengharapkan kehamilan sebaiknya lakukan aktivitas seksual dua hingga tiga kali seminggu. Kualitas sperma yang baik membutuhkan waktu produksi dalam dua hari. ”Ada juga yang perlu diingat, kualitas sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi pertama tentu lebih baik dari ejakulasi berikutnya,” kata Ferryal.


Mitos: Ketidaksuburan lebih sering dialami wanita ketimbang pria.
Fakta: Salah besar. Pemikiran itu memang berkembang pesat di masyarakat. Wanita sering dijadikan tersangka atas ketiadaan keturunan dalam keluarga. Padahal, baik pria maupun wanita memegang peran penting.
Jika alat reproduksi serta sel telur wanita kurang baik. Pun alat reproduksi dan sperma laki-laki, kehamilan sulit terjadi. Pada wanita misalnya, terjadi gangguan sel telur, gangguan ovulasi, endometrium atau selaput lender pada rahim yang tidak bisa menjadi wadah untuk tumbuhnya janin.
Sedangkan pada pria, masalah yang sering timbul adalah sperma yang tidak memenuhi persyaratan. Kriteria sperma yang baik adalah jika pada awal pembentukan dan proses penyempurnaannya baik dan benar (2 hari) untuk menghasilkan sperma yang matang dan siap untuk membuahi.
Masalah lainnya adalah kurangnya jumlah sperma yang dihasilkan. Untuk suatu kehamilan dibutuhkan 250-300 juta sperma saat ejakulasi. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 40 hingga 60 persen saja yang baik. Permasalahan bisa karena infeksi, seperti penyakit kelamin, varises pada scrotum yang bisa menghasilkan sperma tidak bagus.


Mitos: Posisi misionaris (wanita di bawah) akan memudahkan terjadinya kehamilan.
Fakta: Gaya klasik ini memang banyak diminati, tapi tidak selalu berakibat pada kehamilan. Pada sebagian orang yang menginginkan kehamilan, ini merupakan posisi yang menguntungkan. Apalagi dengan bantuan bantal untuk mengganjal bagian panggul. Mulut rahim akan terendam oleh sperma yang akan mempermudah masuknya sperma ke dalam mulut rahim. Sebaliknya posisi woman on top akan menyulitkan terjadinya pembuahan.


Mitos: Kalau tidak juga hamil, pasti ada yang salah dengan posisi saat berhubungan intim.
Fakta: Ini juga mitos yang tidak sepenuhnya benar. Ketidakhamilan 55 persen disebabkan adanya gangguan ovulasi dan sel telur. Kehamilan juga ditentukan faktor kesehatan kedua pasangan, terutama asupan gizi pada makanan dan gaya hidup sehat.
Menurut dr Ferryal, untuk tujuan kehamilan, posisi dalam berhubungan intim bergantung pada kondisi rahim seorang wanita. Ada dua bentuk rahim yang hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan dokter ahli, yaitu antefleksi dan retrofleksi.
Pada bentuk rahim antefleksi di depan posisi rahim menekuk ke belakang, akan sangat baik jika menggunakan gaya konvensional, yaitu pria di atas. Untuk bentuk retrofleksi atau menekuk ke belakang, dianjurkan menggunakan posisi dari samping atau belakang.


Mitos: Wanita obesitas kesulitan hamil.
Fakta: Secara medis, obesitas menyebabkan sulit hamil. Seseorang yang gemuk, hormone estrogennya akan naik, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormone.
Hal lainnya adalah tertutupnya saluran rahim oleh lemak yang akan mempersulit bertemunya sel telur dan sperma. Selain itu, secara fisik terlalu gemuk sulit terjadi penetrasi.


Mitos: Tidak bisa hamil karena salah satu pasangan tidak dapat memiliki keturunan.
Fakta: Dalam dunia medis tidak ada istilah mandul. Infertilitas dapat diobati. Kondisi yang memungkinkan wanita tidak dapat hamil dari segi fisik adalah jika dia mengalami hipoplasia (pertumbuhan yang berhenti atau tidak komplit). Seperti uterus rahim terlalu kecil, yang ditandai dengan wanita yang tidak mengalami menstruasi atau tidak memiliki sel telur.
Pada pasangan yang keduanya subur, ketidakhamilan bisa juga disebabkan faktor ketidakcocokan secara genetic. Salah satu contoh, sperma tidak bisa diterima tubuh wanita. Tubuh membentuk pertahanan terhadap sperma, sehingga sperma akan rusak sebelum bertemu sel telur.*
nyata.co.id

Jangan Senang Bila Punya Anak Gemuk

M emang, sih, punya anak yang gemuk kelihatan lucu dan menggemaskan. Tapi tahukah Bapak-Ibu, kelebihan berat badan bisa mengundang berbagai penyakit, dari diabetes sampai jantung. Jadi, waspadalah!

Sejak bayi Reza memang tampak gemuk. Pipinya tembem dan dagunya pun berlipat-lipat. Semula orang tuanya tak terlalu mencemaskan keadaannya. Masalah mulai muncul ketika Reza mulai masuk play group .

Ia selalu menarik diri setiap acara olahraga. Bahkan, bermain yang bersifat aktivitas fisik, seperti memanjat tangga, melompat-lompat, atau berlarian. Pasalnya, badannya yang subur sangat menghambat aktivitasnya. Belum lagi ia pun kerap diledek teman-temannya, "Uuh... kalau kamu melompat-lompat, dunia mulai bergoyang."

Memang, terang dr. Harmon Mawardi, Sp.A dari segi kesehatan berat badan berlebihan menandakan sesuatu yang tidak sehat. Pendapat ini jelas berbeda dengan yang selama ini berkembang di masyarakat, gemuk itu menggemaskan, lucu, dan berarti sehat. Bukan begitu, Bu-Pak? Malah yang sering terjadi, kan, justru orang tua sibuk membanding-bandingkan berat badan anaknya dengan anak lain.

Begitu berat badan anaknya tidak segemuk dengan anak lain, langsung mencap anaknya kurang sehat atau kurang gizi. Tak heran bila kerap terdengar keluhan dari para ibu, "kok, anakku tidak segemuk anaknya Ibu anu, ya?" Betul, kan? Padahal, Bu-Pak, berat badan anak itu bila ingin ideal, diukur dan dihitung berdasarkan berat badan seimbang dengan tinggi badan, berat badan seimbang dengan usia, dan tinggi badan sesuai dengan usia.

Jadi, bukan dibanding-bandingkan dengan anak lain. Sedangkan anak dikatakan kegemukan atau obesitas, lanjut Harmon, apabila anak kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak di atas 20 persen dari berat ideal. "Anak tidak dikatakan obesitas jika kelebihan berat badannya karena hal lain, misalnya, tulang belulangnya yang memang berukuran besar dan berat." Lebih detilnya, tukas Harmon, "Misalnya, berat badan normal anak yang berusia 1 tahun adalah 9 kg. Badan anak masih dianggap normal bila beratnya antara 7,5-11 kg. Nah, anak baru tergolong obesitas bila berat badannya lebih dari 13 kg."



FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

Nah, Bu-Pak, obesitas bisa terjadi karena dua faktor; internal (endogen) dan eksternal (eksogen). "Faktor internal terjadi disebabkan heredokonstitusional, yaitu sifat-sifat yang sudah dimiliki anak tersebut secara konstitusional atau merupakan warisan dari orang tuanya. Sifatnya genetik lah," terang Harmon.

Karena itu bila kedua orang tuanya gemuk, anaknya memiliki kemungkinan menjadi gemuk sekitar 80 persen. Bila salah satu yang gemuk, risiko anak menjadi gemuk sebanyak 40 persen dan hanya 7 persen bila kedua orang tuanya tidak gemuk. Berikutnya, faktor eksternal. Biasanya ini berkaitan dengan perilaku dan pengaruh lingkungan. "Dalam hal ini yang berkaitan dengan pola makan anak," ujar Harmon.

Kebiasaan keluarga, terutama orang tua, sangat mempengaruhi anak. Misalnya saja, bila orang tua tidak memperkenalkan pada anak variasi makanan yang beragam, maka anak hanya akan mengenal makanan yang itu-itu saja. Jadi, jangan heran jika kemudian anak menolak makanan tertentu. Apalagi sekarang trend yang berkembang di masyarakat kita adalah pola makan tinggi lemak sedikit serat. Trend ini sangat memacu kenaikan obesitas pada anak. Kenyataannya, diakui Harmon, bila dilihat dari latar belakang penyebabnya, obesitas lebih sering terjadi karena faktor primer, yaitu makan yang berlebihan. "Artinya, jumlah energi yang dikonsumsi melebihi kebutuhan." Kondisi ini bisa terjadi sejak bayi baru lahir. Tentu saja lebih sering terjadi pada masa pertumbuhan.

"Sedangkan yang sekunder berhubungan dengan akibat suatu kelainan tertentu yang menyebabkan gangguan hormonal," jelas Harmon. Seperti kelainan kelenjar tiroid. Atau bisa juga terdapat kelainan pada otak yang mengganggu fungsi kontrol untuk kenyang. Sehingga anak makan dalam jumlah yang sangat berlebihan. Namun, yang perlu diperhatikan, Bu-Pak, obesitas tidak selalu berarti kelebihan gizi.

Yang harus dikhawatirkan justru terjadinya kegemukan ganda. Anak kelebihan berat badan sekaligus ia kekurangan zat gizi tertentu, seperti protein dan vitamin. Pasalnya anak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan karbohidrat, tapi miskin protein, mineral, dan vitamin.

ENGGAN BERGAUL

Kegemukan memang akan menghambat aktivitas anak seperti yang dialami Reza. Bahkan, secara tidak langsung kegemukan pun bisa menghambat perkembangan motorik anak. Misalnya saja, seorang bayi usia 3-4 bulan harusnya sudah bisa tengkurap, tapi karena kegemukan ia baru bisa tengkurap di usia 6-7 bulan. "Anak pun bisa terlambat berjalan karena kaki tidak bisa menopang berat badannya," terang staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta ini.

Karena hambatan gerak, anak pun bisa menjadi bulan-bulanan teman-temannya. Apalagi bila kemudian ada label pada dirinya yang akan mempengaruhi konsep diri si anak. Sebutan gendut, tembem, bomber, atau yang lainnya akan melekat dalam dirinya. Sehingga ia akan merasa berbeda dengan yang lain. Bisa jadi juga ia akan dijauhi teman-teman sebayanya pada saat aktivitas fisik berlangsung.

Teman-teman bermainnya, mungkin, akan menganggap bahwa kalau si gendut masuk dalam kelompoknya mereka akan kalah karena si gendut akan menghambat kegesitan mereka. Hal ini akan menjadikan anak minder dan menarik diri dari pergaulan. Kecuali itu, obesitas juga bisa berdampak pada fungsi suatu organ tubuh. Karena obesitas itu, kan, penumpukan lemak.

Tergantung kemudian di organ mana penumpukan lemak itu terjadi, maka organ tersebutlah yang akan mengalami gangguan. "Bisa juga terjadi gangguan pada sistem pernapasan karena infeksi, kesulitan bernapas atau ngorok. Bahkan kadang-kadang terjadi henti napas sementara atau apneu."

Yang lebih dikhawatirkan lagi bila sampai terjadi diabetes, kolesterol, hipertensi, stroke, dan jantung. "Bahkan bukan tidak mungkin terjadi malformasi pada tungkai akibat beban tubuh yang berlebihan." Tak heran jika ada anak yang saking gemuknya sampai tidak bisa berjalan. Disamping itu, bisa juga terjadi pertumbuhan fisik dan usia tulang yang lebih cepat dibandingkan usianya. "Akibatnya anak akan sukar mencapai tinggi badan ideal menurut potensi genetiknya."

MENERAPKAN POLA MAKAN SEIMBANG

Nah, Bu-Pak, kini kita tahu mekanisme terjadinya obesitas itu seperti apa. "Memang pada dasarnya anak membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas fisik, pemeliharaan organ tubuh, dan pertumbuhan sesuai menurut usia dan berat badan. Namun,perlu diingat, energi yang dikonsumsi atau intake harus senantiasa berada di dalam neraca yang seimbang dengan yang digunakan."

Karena, kita tahu, kan, manakala masukan yang lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan akan terjadi obesitas. "Sebaliknya bila penggunaan energi lebih banyak dibanding masukan, maka suatu ketika akan terjadi undernutrition atau kurang gizi. Malnutrisi yang dikenal masyarakat selama ini memang hanya kurang gizi, sedangkan obesitas masih belum dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya. Padahal, justru sama-sama menunjukkan adanya sesuatu yang tidak beres.

Dengan demikian, tandas Harmon, jika terjadi obesitas orang tua sangat perlu memperhatikan tiga hal; mengurangi masukan kalori, menambah atau meningkatkan pengeluaran energi, dan memodifikasi atau menerapkan perilaku dan pola makan anak dan keluarga. Bila ketiganya diterapkan dengan baik akan dicapai hasil penurunan berat badan yang maksimal tapi tidak berbahaya.

Orang tua perlu mengubah pola makan anak secara bertahap dengan memperkecil porsi makan dan mengurangi camilan yang tinggi lemak. Gantilah makanan anak dengan banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. "Tapi, tidak berarti memperkecil porsi itu dan meniadakan zat gizi tertentu karena anak masih membutuhkan semua zat gizi secara lengkap dari berbagai sumber makanan untuk tumbuh kembangnya." Nah, Bu-Pak, kini tak perlu lagi membandingkan berat badan anak dengan anak tetangga. Karena ternyata anak sehat jauh lebih berharga ketimbang anak gemuk, kan?

Slank Lelang Barang Pribadi di "Senandung Untuk Negeri"

Free Image Hosting at www.ImageShack.us

jakarta - Band Slank ikut terlibat dalam konser amal 'Senandung Untuk Negeri'. Tidak hanya tampil di atas panggung, Bimbim Cs juga melelang beberapa barang pribadi mereka.

Album pertama hingga album terakhir Slank dilelang di acara yang digelar di Hard Rock Cafe, EX Plaza, Jakarta pada Minggu (14/11/2010). Dalam acara itu, Bimbim ikut melelang ikat pinggang kesayangannya.

"Alhamdullilah nilainya sampai Rp 50 juta untuk disumbangkan. Dalam hitungan detik dapat segitu, ya syukur banget," ujar sang drummer.

Bimbim berharap konser amal 'Senandung Untuk Negeri' bisa membantu meringankan beban para korban bencana. Ia juga minta supaya pemerintah serius menangani bencana-bencana yang terjadi di Indonesia belakangan ini.

"Pemerintah harus serius untuk menangani bencana, mulai dari ujung barat, tengah, hingga ujung timur Indonesia," pungkasnya.
detik.com