Mitos dan Fakta tentang Kesuburan

Mitos: Bercinta setiap hari menurunkan kualitas sperma.
Fakta: Jika pasangan ingin mengharapkan kehamilan sebaiknya lakukan aktivitas seksual dua hingga tiga kali seminggu. Kualitas sperma yang baik membutuhkan waktu produksi dalam dua hari. ”Ada juga yang perlu diingat, kualitas sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi pertama tentu lebih baik dari ejakulasi berikutnya,” kata Ferryal.


Mitos: Ketidaksuburan lebih sering dialami wanita ketimbang pria.
Fakta: Salah besar. Pemikiran itu memang berkembang pesat di masyarakat. Wanita sering dijadikan tersangka atas ketiadaan keturunan dalam keluarga. Padahal, baik pria maupun wanita memegang peran penting.
Jika alat reproduksi serta sel telur wanita kurang baik. Pun alat reproduksi dan sperma laki-laki, kehamilan sulit terjadi. Pada wanita misalnya, terjadi gangguan sel telur, gangguan ovulasi, endometrium atau selaput lender pada rahim yang tidak bisa menjadi wadah untuk tumbuhnya janin.
Sedangkan pada pria, masalah yang sering timbul adalah sperma yang tidak memenuhi persyaratan. Kriteria sperma yang baik adalah jika pada awal pembentukan dan proses penyempurnaannya baik dan benar (2 hari) untuk menghasilkan sperma yang matang dan siap untuk membuahi.
Masalah lainnya adalah kurangnya jumlah sperma yang dihasilkan. Untuk suatu kehamilan dibutuhkan 250-300 juta sperma saat ejakulasi. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 40 hingga 60 persen saja yang baik. Permasalahan bisa karena infeksi, seperti penyakit kelamin, varises pada scrotum yang bisa menghasilkan sperma tidak bagus.


Mitos: Posisi misionaris (wanita di bawah) akan memudahkan terjadinya kehamilan.
Fakta: Gaya klasik ini memang banyak diminati, tapi tidak selalu berakibat pada kehamilan. Pada sebagian orang yang menginginkan kehamilan, ini merupakan posisi yang menguntungkan. Apalagi dengan bantuan bantal untuk mengganjal bagian panggul. Mulut rahim akan terendam oleh sperma yang akan mempermudah masuknya sperma ke dalam mulut rahim. Sebaliknya posisi woman on top akan menyulitkan terjadinya pembuahan.


Mitos: Kalau tidak juga hamil, pasti ada yang salah dengan posisi saat berhubungan intim.
Fakta: Ini juga mitos yang tidak sepenuhnya benar. Ketidakhamilan 55 persen disebabkan adanya gangguan ovulasi dan sel telur. Kehamilan juga ditentukan faktor kesehatan kedua pasangan, terutama asupan gizi pada makanan dan gaya hidup sehat.
Menurut dr Ferryal, untuk tujuan kehamilan, posisi dalam berhubungan intim bergantung pada kondisi rahim seorang wanita. Ada dua bentuk rahim yang hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan dokter ahli, yaitu antefleksi dan retrofleksi.
Pada bentuk rahim antefleksi di depan posisi rahim menekuk ke belakang, akan sangat baik jika menggunakan gaya konvensional, yaitu pria di atas. Untuk bentuk retrofleksi atau menekuk ke belakang, dianjurkan menggunakan posisi dari samping atau belakang.


Mitos: Wanita obesitas kesulitan hamil.
Fakta: Secara medis, obesitas menyebabkan sulit hamil. Seseorang yang gemuk, hormone estrogennya akan naik, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormone.
Hal lainnya adalah tertutupnya saluran rahim oleh lemak yang akan mempersulit bertemunya sel telur dan sperma. Selain itu, secara fisik terlalu gemuk sulit terjadi penetrasi.


Mitos: Tidak bisa hamil karena salah satu pasangan tidak dapat memiliki keturunan.
Fakta: Dalam dunia medis tidak ada istilah mandul. Infertilitas dapat diobati. Kondisi yang memungkinkan wanita tidak dapat hamil dari segi fisik adalah jika dia mengalami hipoplasia (pertumbuhan yang berhenti atau tidak komplit). Seperti uterus rahim terlalu kecil, yang ditandai dengan wanita yang tidak mengalami menstruasi atau tidak memiliki sel telur.
Pada pasangan yang keduanya subur, ketidakhamilan bisa juga disebabkan faktor ketidakcocokan secara genetic. Salah satu contoh, sperma tidak bisa diterima tubuh wanita. Tubuh membentuk pertahanan terhadap sperma, sehingga sperma akan rusak sebelum bertemu sel telur.*
nyata.co.id

No comments: