Peralatan Doraemon (Ingat Masa Kecil)

Kehidupan awal Doraemon tidak begitu baik. Ia adalah sebuah robot gagal yang dilelang kepada sebuah keluarga miskin yang terlilit utang, yang tak lain adalah keluarga keturunan Nobi Nobita. Doraemon pernah menjalani masa-masa berat: Ia hanya menjadi penjaga bayi setelah gagal melewati ujian di akademi robot, kedua telinganya hancur setelah digigit robot tikus, catnya luntur akibat ulahnya sendiri, dan masih banyak kisah sedih yang ia lalui di tahun pertama kelahirannya. Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo.
Free Image Hosting at www.ImageShack.us
Misi Doraemon adalah untuk menolong Nobi Nobita (buyut dari Sewashi yang memiliki Doraemon). Nobita adalah seorang anak yang selalu mengalami nasib sial dan tak punya kemampuan apa-apa. Ia bodoh dalam pelajaran sekolah dan tidak bisa berolahraga, Nobita hanya berbakat dalam tembak-menembak,bermain karet, dan tidur; kemampuan yang hampir tak berguna di zaman Jepang modern. Inilah alasan mengapa ia gagal menjalani kehidupannya. Dan Doraemon dikirim dari masa depan untuk menjadikannya seorang pria yang sukses. Sangat ironis, sebuah robot gagal datang membantu seorang anak yang gagal. Tetapi pada kenyataannya, persahabatan kedua anak ini membuat mereka menjadi seseorang yang lebih baik

Peralatan yang sering digunakan oleh Doraemon antara lain:
  • Kantong Ajaib
Adalah sebuah kantong 4 dimensi yang tertempel di perut Doraemon, kantong ini dapat menyimpan semua alat-alat Doraemon tanpa batas, bahkan semua barang-barang dikamar Nobita. Doraemon juga menyimpan sebuah kantong ajaib cadangan di lemari tempat ia tidur. Di lubang kantung ini terdapat sebuah alat pendeteksi imajinasi sehingga apabila ingin mengambil suatu alat, Doraemon akan membayangkan bentuk dari benda tersebut. Alat pendeteksi imajinasi akan mencari benda tersebut dan akan memberikannya ke tangannya.
  • Mesin Waktu
Adalah mesin yang dapat digunakan untuk menjelajah ruang dan waktu. Doraemon menggunakannya untuk kembali ke masa depan jika ia ingin menjalani servis rutin.
  • Pintu ke Mana Saja
Adalah pintu yang digunakan Doraemon untuk menuju ke tempat apa pun di waktu kapan pun. Namun, pintu ke mana saja memiliki batas data zaman tujuan.
  • Jendela ke Mana Saja
Adalah jendela yang pernah digunakan Nobita untuk menuju ke tempat apa pun di waktu kapan pun. Namun, Jendela ke mana saja memiliki batas data zaman tujuan.
  • Baling-Baling Bambu
Baling-baling kecil milik doraemon yang digunakan untuk terbang ke tempat yang dituju. Baling-baling bambu terbang dengan menggunakan tenaga baterai yang habis dalam 4 jam, namun dapat terisi ulang secara otomatis apabila diistirahatkan selama beberapa saat.
  • Konyaku Penerjemah
Konyaku penerjemah adalah makanan sejenis agar-agar tahu yang berguna untuk menerjemahkan bahasa lain. Jika dimakan, maka orang asing yang berbicara dengan kita akan mengerti perkataan kita, begitu pula sebaliknya.
  • Kue cap Momotaro
Adalah kue yang digunakan untuk menjinakkan binatang. Seganas apapun binatangnya, akan berubah menjadi binatang jinak yang bisa ditunggangi bahkan diperintah. Kue cap Momotaro aman bila dimakan oleh manusia
  • Senter Pengecil
Jika senter ini digunakan, benda yang disinarinya akan mengecil.
  • Sarung Tangan Super
Sarung tangan ini dapat meningkatkan kekuatan tangan orang yang memakainya, sehingga dapat mengangkat beban yang sangat berat atau digunakan sebagai senjata bila melawan musuh. Bekerja dengan prinsip gravitasi dan penyerapan berat benda.
  • Meriam Angin
Salah satu alat Doraemon yang berupa senjata. Dipakai bila menghadapi musuh. Kekuatannya tergantung oleh penggunanya dan memiliki baterai yang dapat habis bila terlalu sering dipakai.
  • Shock Gun
Sebuah pistol yang dapat mengeluarkan gelombang listrik yang kuat sehingga dapat membuat musuh pingsan.
  • Mantel Pengibas
Mantel ini berfungsi untuk membelokkan apapun yang mengenai mantel ini
  • Lingkaran Penembus
Benda yang berbentuk seperti holahop ini berguna untuk menembus dinding ataupun benda yang menghalangi jalan.
  • Selimut Waktu
Kain yang dapat mengembalikan benda yang dibungkusnya kembali ke asalnya / ke wujud sebelumnya.

sumber : http://id.wikipedia.org/

Bachdim Bikin Pengunjung Sarkem Sepi

Tiya (35) hanya duduk diam di bangku kayu setinggi lutut orang dewasa. Perempuan berambut panjang berkulit putih ini berkali-kali menengok kanan-kiri. Di tengah lorong-lorong Lokalisasi Pasar Kembang (Sarkem), Yogyakarta, yang sepi dan remang itu, Tiya menunggu datangnya pelanggan pertama untuk malam ini, Kamis (16/12/2010).
Free Image Hosting at www.ImageShack.us
Perempuan asal Pekalongan ini beberapa kali memperbaiki rok tingginya yang memperlihatkan paha putih mulusnya. Sesekali ia juga memperbaiki duduknya yang mulai membungkuk. Ia menegakkan badan, membusungkan dadanya. Padahal malam itu ia hanya mengenakan gaun hitam backless dengan belahan dada sangat rendah.

"Huff, bola bikin malam ini sepi," keluh Tiya. Kamis (16/12/2010) sampai 20.00 WIB ia mengaku belum ngamar sama sekali. "Mau gimana lagi, cowok-cowok lebih senang nonton bola daripada 'main bola'," selorohnya sambil tersenyum nakal.

Hal yang sama juga dirasakan Farida (28), seorang pekerja seks asal Semarang. Malam ini, ia mangkal di tempat yang lebih menjorok ke dalam daripada Tiya. Rupanya di sana tempat mangkal perempuan yang lebih muda dan seksi.

Perempuan yang dulunya mangkal di Solo ini juga mengeluhkan hal yang sama. "Merapi bikin sini sepi. Sekarang tambah bola lagi!" keluhnya. Ia mengaku biasanya sudah bisa mendapatkan dua pelanggan sampai pukul 20.00 WIB, namun kali ini belum sama sekali.

Farida pun berusaha keras segera dapat tamu. Ia cukup agresif menggoda pria yang lewat. Ketika ada pria berpakaian rapi lewat, Farida menarik tangan pria itu, menempelkannya ke dadanya sambil membisikkan sesuatu. Namun, pria tersebut memilih pergi.

Ternyata pria dengan jaket hitam rapi itu menuju ke pos ronda yang terletak tidak jauh dari tempat farida mangkal. Di sana ia menonton sepak bola bersama warga lain.

"Huh, Irfan bikin sepi aja!"katanya menyebut seorang pemain timnas naturalisasi yang sedang tenar karena ketampanannya.

Berbeda halnya dengan Elissa (28), pekerja seks asal Kudus. Ia terlihat bersemangat menonton pertandingan lewat televisi di warung milik warga.

"Saya dari dulu memang suka nonton bola. Apalagi main bolanya cowok," candanya sambil membetulkan tali bra hitamnya.

Elissa yang malam itu mengenakan tank-top abu-abu mengaku juga belum mendapatkan pelanggan sama sekali. "Nanti setelah bola selesai juga pasti dapat," ujarnya optimistis.

Elissa tiba-tiba berteriak keras saat Irfan Bachdim nyaris mencetak gol di menit-menit akhir babak pertama. Ia terlihat gemas melihat siaran ulang adegan tersebut. "Sepakbola asik sih," katanya sambil tersenyum. (Tribunjogja.com)

El Loco Menangkan Indonesia

Free Image Hosting at www.ImageShack.us
Indonesia berhasil mengemas kemenangan 1-0 atas Filipina di semifinal pertama AFF Suzuki Cup 2010. Gol tunggal kemenangan 'Merah Putih' diceploskan oleh Cristian Gonzales.

Bermain di bawah tatapan sekitar 70 ribu pasang mata yang kebanyakan pendukungnya sendiri di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (16/12/2010), Indonesia dibuat repot oleh Filipina.

Indonesia yang mengandalkan duet Gonzales dengan Irfan Bachdim baru bisa mencetak gol di menit 32 setelah tandukan El Loco (julukan Gonzales) bersarang di gawang Neil Etheridge.

Jalannya pertandingan
Indonesia berusaha mengambil alih kendali permainan semenjak awal. Di menit kesembilan, umpan Okto Maniani disambar tendangan Gonzales, tetapi bola bisa dijinakkan Etheridge.

Filipina bukannya tanpa peluang. Di menit 13, tendangan jarak jauh Philip Younghusband memaksa kiper Markus Haris Maulana menepis bola menjadi tendangan sudut.

Di menit 19, kerja sama yang apik dari para pemain Indonesia meloloskan Okto di kotak penalti Filipina. Namun kekurangtenangan Okto membuat tendangannya melambung di atas gawang.

Kembali dari jarak jauh, Philip Younghusband mencoba kemampuan Markus. Kali ini, sepakan Philip yang juga dari jarak jauh memaksa Markus melompat ke kiri menepis si kulit bundar.

Saat laga berusia 32 menit, Indonesia akhirnya memecah kebuntuan. Umpan panjang Firman Utina gagal diantisipasi Etheridge dan Gonzales menanduknya masuk gawang Filipina. 1-0 buat Indonesia.

Filipina nyaris kebobolan oleh tindakan pemainnya sendiri di menit 39. Sebuah bola yang gagal dikuasai Irfan disapu Ray Jonsson ke samping kiri gawang Etheridge.

Di babak kedua, Indonesia lebih banyak menguasai bola. Masuknya Arif Suyono menggantikan Okto dan Bambang Pamungkas mengisi posisi Irfan membuat Indonesia sedikit lebih tajam.

Di menit 72, Bambang memperoleh peluang di dalam kotak penalti Filipina. Namun lari Bepe kalah cepat dibanding Etheridge yang sigap keluar sarang dan memeluk bola.

Indonesia malah nyaris kebobolan di menit 75. Kali ini, kegagalan Markus menangkap bola lambung membuat James Younghusband bisa mengarahkan bola ke gawang Indonesia. Namun Zulkifli Syukur bisa membuang bola di garis gawang dengan kepalanya.

Gol kedua yang dinanti Indonesia masih gagal juga lewat serangan kombinasi Bepe dan El Loco di menit 79. Umpan silang Bepe dari kiri gagal ditanduk Gonzales karena terlalu tinggi.

Hingga wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, tidak ada gol tambahan. Indonesia tinggal membutuhkan hasil seri saat leg 2 semifinal digelar di tempat yang sama, Minggu (19/12).

Susunan pemain
Indonesia: Markus Haris M; Zulkifli Syukur, Maman Abdurachman, Hamka Hamzah, M Nasuha (Beny Wahyudi 85); M Ridwan, Ahmad Bustomi, Firman Utina, Oktavianus Maniani (Arif Suyono 61); Irfan Bachdim (Bambang Pamungkas 68), Cristian Gonzales

Filipina: Neil Etheridge; Robert Gier, Anton Del Rosario, Roel Gener, James Younghusband, Phil Younghusband, Alexander Borromeo, Jason De Jong, Chris Greatwich, Ian Araneta (Emelio Caligdong 59), Ray Jonsson

Sepak Bola dan Politik

KOMPAS.com - Generasi tim nasional sepak bola Indonesia saat ini boleh dibilang paling mujur. Meskipun mutu kompetisi tak beranjak banyak dalam satu dekade terakhir dan tim ”Merah Putih” tiap tahun makin redup pamornya di pergaulan internasional, tiap kali timnas bertanding, Stadion Gelora Bung Karno selalu bergemuruh riuh.

Bagi penggila timnas Merah Putih, pada akhirnya kalah atau menang bukan lagi isu utama. Saat timnas tampil heroik di putaran final Piala Asia 2007, penonton memuja mereka meski kalah. Apalagi saat menang. Maka, tiga kemenangan beruntun atas Malaysia, Laos, dan Thailand di kejuaraan Piala AFF seakan membawa tim ”Garuda” asuhan Alfred Riedl itu melayang ke langit.

Bagi sebagian besar orang Indonesia yang makin hari makin merasa tak punya masa depan, di tengah terus melambungnya angka inflasi, di tengah semakin tidak fokusnya pemerintah menangani problema utama rakyat, di tengah makin merajalelanya korupsi, sepak bola sekali lagi menjadi katup penyelamat. Euforia kemenangan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan merembes cepat ke seluruh negeri, ke semua strata dan kelas masyarakat.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun tak ketinggalan larut dalam euforia ini. Bukan ucapan pujian semata yang dilontarkan dari Istana, dia pun menyambangi Bambang Pamungkas dan kawan-kawan di lapangan latihan Senayan. Sempat membuat kalang kabut pejabat PSSI karena kunjungan mendadaknya, Presiden Yudhoyono memberikan suntikan moral bagi pasukan Garuda.

Kunjungan mendadak Presiden ke kamp latihan timnas PSSI barangkali patut dicatat dalam sejarah. Sebab, rasanya baru kali inilah seorang RI 1 sudi mampir ke lapangan latihan dan secara khusus memberikan dukungan moral kepada timnas sepak bola.

Sulit untuk tidak menduga bahwa Presiden memanfaatkan euforia luar biasa di tengah masyarakat berkat penampilan tim Garuda. Dilihat dari sudut komunikasi politik, Istana memanfaatkan momentum sepak bola untuk menaikkan lagi pamor dan citranya setelah habis-habisan diterpa badai kritik, terakhir soal Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta.

Meski begitu, apa pun motivasi di balik kunjungan Presiden Yudhoyono ke Senayan, hal ini harus dipandang sebagai babak baru pembangunan sepak bola Indonesia. Perhatian yang sangat besar dari pemimpin negeri ini terhadap timnas harus pula dipandang sebagai momentum untuk memberikan tenaga ekstra bagi pembangunan sepak bola.

Apalagi, Presiden Yudhoyono sempat mendapat masukan dari Alfred Riedl soal buruknya mutu lapangan latihan timnas PSSI, yang notabene masih menyewa dari Yayasan Gelora Bung Karno, yang berada dalam koordinasi Sekretariat Negara.

Begitu mendengar keluhan Riedl, Presiden pun segera memerintahkan PSSI berkoordinasi dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng untuk proyek perbaikan lapangan latihan timnas.
Istana memanfaatkan momentum sepak bola untuk menaikkan lagi pamor dan citranya.
Segera angka-angka dalam hitungan puluhan miliar rupiah berseliweran di media massa untuk proyek perbaikan lapangan timnas yang sebenarnya dibandingkan dengan sejumlah lapangan sepak bola lainnya di lingkungan GBK kondisinya paling baik. Hanya saja, untuk ukuran lapangan latihan timnas sebuah negara, memang sangat jauh dari layak.

Sebenarnya, lebih dari itu, Presiden Yudhoyono pun sebaiknya diberikan informasi lebih lengkap dan komprehensif. Sampai sekarang, timnas sepak bola tidak mempunyai kamp latihan sendiri. Idealnya, timnas sepak bola memiliki kompleks latihan sendiri yang modern, dengan lapangan berstandar internasional serta dilengkapi dengan mes pemain, fasilitas kebugaran, dan sarana penelitian yang benar-benar mumpuni.

Ketua Umum PSSI Nurdin Halid belum lama membenarkan bahwa timnas yang merupakan ujung dari pembinaan sepak bola memang harus mempunyai fasilitas latihan dan kamp tersendiri demi mencetak prestasi yang lebih baik. ”Kami sedang menyiapkan lahannya di daerah Lido,” ujar Nurdin. Jika demikian, PSSI seharusnya segera menangkap momentum ini dengan mengajak pemerintah merealisasikan proyek itu sesegera mungkin. Dengan ”lampu hijau” dari Presiden, keperluan fundamental timnas itu seharusnya bisa direalisasikan tahun depan.

Di sisi lain, Kementerian Pemuda dan Olahraga pun seharusnya langsung menyambar pesan Presiden ini dengan segera membuat perencanaan untuk membangun lapangan-lapangan berstandar internasional di sejumlah daerah.

Secara gamblang, Riedl sebenarnya menyebut lapangan sintetik sangat ideal untuk kondisi geografis Indonesia bercurah hujan tinggi. Meski investasinya lebih mahal ketimbang lapangan rumput, dalam jangka panjang lapangan jenis ini lebih ekonomis. ”Kalau hujan, tetap bisa dipergunakan dan teknik pemain tidak akan rusak,” ujar Wolfgang Pikal, asisten Riedl, dalam sebuah kesempatan.

Lapangan sepak bola dengan kualitas baik memang menjadi salah satu faktor yang membuat pembangunan sepak bola di negeri ini tersendat. Di Jakarta saja, mencari lapangan berkualitas baik untuk menggelar kompetisi ibarat mencari jarum di seonggok jerami. Jika Kementerian Pemuda dan Olahraga menargetkan paling tidak bisa membangun dua lapangan sintetik di setiap daerah kantong pemain bola -bekerja sama dengan pemerintah daerah- rasanya dalam lima tahun ke depan timnas Garuda sudah mendapatkan ribuan bibit pemain terbaik.

Dalam tiga dekade terakhir, fasilitas lapangan sepak bola di sejumlah daerah memang tidak sekadar memburuk mutunya, tetapi terlebih merosot kuantitasnya. Pemda jauh lebih suka menggandeng tangan swasta untuk membangun lahan bisnis, terutama mal dan perkantoran, dalam pemanfaatan lahan. Sebenarnya, lahan olahraga pun punya prospek bisnis yang sangat cerah jika dikelola secara profesional. Barangkali, memang, tingkat pengembalian keuntungan fasilitas olahraga jauh lebih lama ketimbang lahan bisnis.

Namun, tugas pemerintah, dalam hal ini pemda, seharusnya juga membangun dunia olahraga. Yang dibutuhkan hanya sebuah kemauan politik untuk tidak terlalu serakah dalam pemanfaatan lahan. Tanpa kemauan politik yang kuat, olahraga, khususnya sepak bola, hanya akan dijadikan alat politik untuk membangun citra alias politik pencitraan.
Sumber : Kompas Cetak